Liputan6.com, Malang - Mantan Anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Kabupaten Malang, Jawa Timur, bakal dikembalikan ke keluarga masing-masing dalam waktu dekat. Namun, mereka berharap tak hanya dipulangkan, tapi juga diberi sawah atau ladang untuk digarap di kampung halaman.
Edy Subagyo, salah seorang pengungsi Gafatar, mengatakan bahwa seluruh barang berharga milik keluarganya ludes terbakar dalam aksi pengerusakan di Menpawah Kalimantan Barat beberapa waktu lalu.
"Seluruh harta kami ikut terbakar saat kejadian itu. Ayah saya juga belum tahu nanti akan usaha apa di sini," kata Edy di tempat penampungan sementara di gedung Loka Bina Karya Malang, Selasa (26/1/2016).
Pemuda asal Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, ini mengaku ikut ayahnya ke Menpawah sejak 3 bulan silam. Seluruh aset seperti rumah dan sawah dijual saat ayahnya memilih ikut Gafatar ke Kalimantan Barat. Di tempat yang baru, mereka menggarap ladang sayuran dan buah-buahan.
"Lahan pertanian belum sempat dipanen karena ada aksi pembakaran itu. Beruntung saudara kami di Malang ini mau menerima. Kami meminta kepada pemerintah diberi pekerjaan atau lahan untuk digarap," ujar Edy.
Baca Juga
Advertisement
Edy merupakan seorang di antara 17 mantan anggota Gafatar yang dipulangkan ke Kabupaten Malang pada Senin, 25 Januari malam tadi. Selama 3 hari, mereka bakal diberi pembinaan wawasan kebangsaan di gedung Loka Bina Karya milik Dinas Sosial Kabupaten Malang.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Malang, Sri Wahyuni Pudji Lestari, mengaku belum memikirkan rencana pemberdayaan ekonomi bagi bekas anggota Gafatar setelah mereka dipulangkan ke kampung halaman.
"Soal bagaimana perekonomian mereka, kami pikirkan nanti. Paling penting sekarang ini adalah mengembalikan aspek ideologis mereka karena ini paling sulit," kata Sri Wahyuni.
Sementara untuk logistik, kata dia, seluruh kebutuhan eks Gafatar itu bakal ditanggung oleh seluruh instansi di Pemkab Malang. Kebutuhan sehari-hari mereka bakal terus dipasok sembari merumuskan solusi terbaik untuk masa depan mereka.
"Mereka ini sudah tak punya sawah karena sudah dijual saat pergi ke Kalimantan. Nanti soal itu akan kita carikan solusi, tapi yang penting mengubah pandangan mereka dulu," ujar Sri Wahyuni.