Liputan6.com, Moskow - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengeluarkan pernyataan provokatif dengan mengatakan bahwa intel Moskow memiliki sejumlah gambar terbaru mengenai keberadaan ISIS di wilayah negara tetangganya.
Gambar tersebut mengenai kamp pelatihan ISIS dibangun di Pankisi Gorge, Georgia. Klaim tersebut langsung dibantah mentah-mentah oleh Tbilisi.
"Militan ISIS gunakan wilayah ini sebagai tempat latihan, beristirahat dan mencari suplai bahan baku mereka," kata Lavrov dalam pernyataannya pada Selasa 26 Januari 2016 seperti dilansir Al Jazeera.
Kendati menuduh negara bekas bagian Uni Soviet, Lavrov mengatakan bahwa ia siap bertemu pihak Georgia untuk memperbaiki hubungan diplomatisnya setelah insiden di Ossetia Selatan.
Baca Juga
Advertisement
Perdana Menteri Georgia Giorgi Kvirikashvili merespons klaim Rusia dengan menolak tuduhan keberadaan ISIS di perbatasan wilayahnya. PM Kvirikashvili juga menegaskan bahwa pemerintahannya mengontrol penuh wilayah Pankisi Gorge.
"Benar ada orang dari Gorge ke Suriah untuk menjadi anggota ISIS, namun kami memberlakukan kontrol ketat bagi mereka yang mau masuk kembali ke sini," tegas Kvirikashvili.
"Saya bisa jamin bahwa tidak ada ancaman teroris di Pankisi Gorge," tambahnyanya lagi dan siap menerima tawaran Rusia untuk memperbaiki hubungan keduanya.
200 Warga Pankisi Bergabung ISIS
Pada April tahun 2015 lalu, seorang pemuda 16 tahun dari Pankisi membuat headline di surat kabar setelah berhasil masuk Suriah dan bergabung dengan ISIS.
Kisahnya dituturkan oleh sang adik perempuan yang mengatakan bahwa kakaknya itu berhasil masuk Suriah dan mengklaim bahwa di negara itu kehidupannya nyaman.
Muslim Kushtanashvili menyeberang perbatasan Georgia menuju Turki pada 2 April 2015 tanpa restu legal dari orangtuanya. Namun, akibat dari kesalahan polisi perbatasan, ia lolos. Dari Turki, pemuda itu menuju selatan Suriah.
Kepergian Kushtanashvili bergabung ISIS adalah cerita umum bagi remaja di Pankisi.
"Banyak anak perempuan dan laki-laki di sekolahku mengatakan mereka ingin ke Suriah," kata Malika--sang adik. Keduanya merupakan etnis Chechen.
Meskipun mayoritas Georgia adalah Katolik, namun keluarga Kushtanashvili tinggal di desa Omalo di perbukitan Pankisi di mana mayoritas adalah muslim.
Malika sendiri ingin ke Suriah mengikuti jejak abangnya, seperti 200 warga Pankisi lainnya.
Namun, sang ibu Aminat melarang. Ia sendiri menyesali kepergian anak laki-lakinya. Perempuan 34 tahun itu mengatakan proses radikalisasi di Pankisi telah berlangsung dari 2013 dan ia sendiri tak mengerti bagaimana itu terjadi hingga anak yang ia gadang-gadang justru pergi ke Suriah menjadi tentara asing ISIS.
Lembah Pankisi dekat dengan perbatasan Republik Chechnya dan berada 160 kilometer dari ibukota Tbilisi. Lembah itu merupakan bagian dari timur Georgia, wilayah Kakheti yang terkenal dengan tradisi pembuatan anggurnya.