Liputan6.com, Kulon Progo - Petani teh di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memproduksi teh siap konsumsi dengan berbagai rasa untuk mendongkrak pemasaran. Ragamnya ada teh pegagan, teh wangi, teh sangit, dan teh putih.
Sebelumnya, petani biasa menyetor hasil petikan teh ke pabrik PT Pagilaran dengan harga Rp 1.000,- per kilogram. Petani menilai harga itu tak sebanding dengan peluh yang dihasilkan sehingga berusaha mengolahnya sendiri secara berkelompok.
"Kami mengolah menjadi beberapa jenis teh yang unik baik nama maupun rasanya," kata Sukohadi, salah satu petani, di Kulon Progo, seperti dilansir Antara, Rabu (27/1/2016).
Ia mengatakan salah satu yang menarik dari berbagai produk teh rakyat tersebut adalah "teh sangit" serta teh yang disebut "white tea" teh putih. Bahan dan penanganan kedua teh cukup rumit dan eksklusif, baik bahan maupun cara mengolahnya.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Sukohadi, white tea memang warnanya putih yang merupakan warna asli pucuk teh. Pengeringannya tidak terpapar panas sedikitpun sehingga khasiat pucuk teh utuh dan lengkap.
"Teh putih ini kami memetiknya harus sebelum matahari bersinar. Habis salat subuh, kami lakukan pemetikan paling setengah jam hingga 1 jam. Kalau sampai kena sinar matahari khasiatnya jadi beda," katanya.
Sukohadi mengatakan untuk mengeringkan teh putih, hanya dengan diangin-anginkan saja, tidak dengan panas api. Aturan itu dijaga ketat. White tea ini diseduh untuk minuman istimewa. Di Bali harganya Rp 3,5 juta per kilogram. Konsumennya kebanyakan orang asing.
"Kalau untuk 'teh sangit', kami gunakan pucuk 2 hingga 3 lembar. Mengolahnya kami keringkan dengan 'sangan'. Dikeringkan di atas tempayan tanah yang dipanasi api di bawah," kata dia.
Dia mengatakan untuk mencicipi teh sangit Samigaluh ini rasanya memang "aneh" karena ada rasa sepet pahit dan sangit. Tetapi dengan sedikit gula, rasanya terkesan eksklusif.
"Kami sudah kontrak dengan sebuah hotel di Bali. Setiap bulan, kami mengirimkan 2 kuintal teh putih, serta sejumlah teh sangit. Di sana, katanya, wisatawan bule lebih suka teh sangit dan white tea dari pada teh wangi," katanya.
Sukohadi juga menuturkan, di salah satu sisi kebun miliknya saat ini tengah dibangun sebuah kedai. Ia ingin melengkapi kebun teh di lingkungan Nglinggo dengan adanya kedai untuk minum teh. Ia sendiri memiliki lahan 2,5 hektare.
"Sekarang ini setiap Sabtu dan Minggu, ada ratusan pengunjung berdatangan di kebun teh kami. Menikmati udara sejuk dan pemandangan alam indah. Mereka berselfie ria. Kan lebih ideal kalau kemudian juga minum teh di tengah kebun teh," kata dia.