Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan harga bahan pangan akhir-akhir ini kembali memicu perbedaan pendapat antara Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Namun Menteri Perdagangan (Mendag), Thomas Trikasih Lembong mengakui adanya kesimpangsiuran data pangan sehingga berpengaruh terhadap kebijakan.
"Saya kira sudah rahasia publik data kita simpang siur, berantakan dan akhirnya kebijakan pemerintah jadi simpang siur karena data yang tidak beres," tegas Lembong saat ditemui di Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Lembong mengambil sisi positif dari kesemrawutan data pangan di Indonesia. Itu artinya, ia bilang, pemerintah harus segera membenahi data tersebut dengan berbagai langkah dan terobosan. Yang penting adalah kejujuran mau mengaku kesalahan dan memperbaikinya.
Baca Juga
Advertisement
"Kalau mau membenahi suatu masalah, kita harus mengakuinya. Saya tidak terlalu sedih, marah, kita akui secara jujur dan mulai membenahinya. Informasi data kurang sekali," terang Mantan Bankir ini.
Ia menjelaskan, pemerintah akan menggerakkan sistem perdagangan melalui online market place. Dengan demikian, petani, peternak dan konsumen Indonesia terkoneksi ke satu jaringan virtual.
"Jadi semua terkoneksi melalui platform yang sama, misalnya petani bisa memberikan informasi data panen, harganya, pembeli dan penjual bisa sama-sama melihatnya. Sehingga transaksinya langsung, memangkas rantai perdagangan," ujar dia.
Lembong menuturkan, naik turunnya harga menjadi sinyal dari pasar. Contohnya ketika harga pangan naik, itu artinya terjadi kekurangan pasokan sehingga perlu segera diambil tindakan, seperti melempar stok beras ke pasar, menggelar operasi pasar, pemberian insentif dan lainnya.
"Sebaliknya, jika harga pangan turun, itu pertanda oversuplai. Kita akan terus memantau perkembangan harga," tutur dia.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, antara Kementan dan Kemendag mempunyai metode dan pandangannya sendiri terhadap data pangan dan kenaikan harga pangan.
"Ada kantor Menko Bidang Perekonomian yang akan mencari jalan keluar. Jadi tidak usah khawatir. Sejauh ini kita punya kesepakatan untuk semua komoditas pangan penting itu perkiraan produksinya, kebutuhan, impornya bagaimana," ujar Darmin. (Fik/Ahm)