Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran tol laut ternyata tak mampu menurunkan harga jual produk atau barang dan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya di Papua. Disparitas harga di wilayah timur dan barat Indonesia masih tinggi.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Papua, Elsye Pekade, mencurahkan keluhannya langsung kepada Menteri Perdagangan (Mendag), Thomas Trikasih Lembong, saat rapat kerja Kemendag 2016 di Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Ia mengeluhkan harga jual barang dan kebutuhan pokok di Papua, terutama di wilayah pegunungan, yang masih sangat tinggi. Padahal, sudah ada jalur tol laut yang menghubungkan antara wilayah barat dan timur.
"Kita belum bisa menangani perbedaan harga dengan baik. Walaupun sudah ada program tol laut, harga kebutuhan pokok masyarakat di wilayah pegunungan masih sangat tinggi. Masak harga semen di Puncak Jaya berkisar Rp 1,6-2 juta per sak," kata Elsye.
Baca Juga
Advertisement
Hal lain yang menjadi persoalan, ia menuturkan, adalah masalah sumber daya manusia dan perdagangan. Aparat pemerintahan, kata Elsye, dituntut melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan jumlah pengusaha daerah di sektor perdagangan.
Realitanya, sumber daya manusia masih sangat minim, termasuk akses infrastruktur ke pedalaman yang masih sulit dijangkau.
"Minim bukan cuma pembangunan infrastruktur mendukung perdagangan, tapi perlu manusianya juga. Ketika rapat sosialisasi dengan kabupaten/kota, aparat pemerintah belum bisa menyampaikan apa yang harus dilakukan. Jadi, kalau ada program, harus ada pendampingan dari pusat," ujar dia.
Menanggapi keluhan ini, Mendag Tom Lembong--begitu panggilan akrabnya--mengatakan pemerintah tetap fokus membangun jalur tol laut demi menekan biaya logistik di Indonesia, khususnya di kawasan timur Indonesia.
"Memang kita baru luncurkan tiga rute tol laut. Ke depan targetnya 30 rute. Ini akan menjadi perhatian khusus supaya tol laut diimplementasikan," tutur Lembong. (Fik/Ahm)