Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) membuka kemungkinan untuk kembali melakukan pelonggaran kebijakan moneter pada pertengahan Februari 2016. BI akan kembali gelar Rapat Dewan Gubernur pada 17-18 Februari 2016.
Gubernur BI Agus Martowadojo mengatakan, pelonggaran kebijakan tersebut bisa berupa penurunan kembali BI rate atau menurunkan besaran Giro Wajib Minimum (GWM). Namun yang jelas, penurunan BI Rate dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
"Bisa dalam bentuk berbagai instrumen, baik GWM atau policy rate. Ini bisa kami lakukan setelah mengkaji indikator ekonomi pada saat nanti RDG (Rapat Dewan Gubernur) pada 18 Februari 2016, kami lihat ada ruang pelonggaran," ujar dia di Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Baca Juga
Advertisement
Meski telah memberikan sinyal untuk kembali melakukan pelonggaran, namun Agus menyatakan pihaknya akan memperhatikan beberapa hal seperti kondisi perekonomian global maupun kondisi perekonomian domestik.
"Kondisi global perlu kami perhatikan. Banyak yang katakan tekanan harga minyak menekan harga komoditas. Ekonomi China masih akan ada koreksi," ujar dia.
Seperti diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 Januari 2016 memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,25 persen dari sebelumnya yang ada di angka 7,5 persen. Penurunan ini untuk pertama kalinya setelah BI menahan suku bunga selama 11 bulan berturut-turut.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan, penurunan tersebut dilakukan oleh BI karena memang ada peluang untuk melakukannya.
"Ada ruang penurunan seiring terkendalinya inflasi dan ekonomi Indonesia di awal 2016," tutur dia.
Sedangkan untuk suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility, BI memilih untuk tidak mengubahnya. Saat ini, suku bunga Deposit Facility masih ada di angka 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.
Bank Indonesia memandang ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makro ekonomi, khususnya inflasi akhir tahun 2015 yang akan berada di bawah 3 persen dan defisit transaksi berjalan yang akan berada pada kisaran 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). (Dny/Ahm)