Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan Umum (Perum) Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) menyatakan perkembangan uang elektronik dan e-payment di Indonesia belum berdampak pada bisnis percetakan uang di perusahaan plat merah tersebut.
Direktur Utama Peruri Prasetio mengatakan, khususnya di dalam negeri, keberadaan uang kartal masih akan sangat diperlukan karena masih sangat dominan digunakan oleh masyarakat dalam transaksi jual-beli sehari-hari.
"Saya rasa uang kartal masih. Kita baru saja menyepakati dengan Bank Indonesia (BI) untuk kontrak selama dua tahun. Saya rasa masih belum pengaruh," ujar dia di Karawang, Jawa Barat, Kamis (28/1/2016).
Meskipun demikian, lanjut dia, Peruri tidak akan menutup diri untuk mengembangkan bisnisnya ke arah digital payment dan digital money dengan mengikuti perkembangan teknologi informasi yang ada.
"Walaupun kita tidak menutup diri untuk mengembangkan digital payment, digital money di mana Kementerian BUMN pun melalui FGD di Kapal Kelud juga mendukung. Salah satunya sebagai perusahaan BUMN harus mengembangkan uang digital," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Dalam mengembangkan bisnis digital payment dan digital money ini, Prasetio menyatakan dibutuhkan persiapan matang dan sinergi dengan perusahaan lain yang telah terlebih dahulu terjun pada bisnis tersebut.
"Tentunya untuk membangun uang digital ini banyak yang harus dipersiapkan, kota harus membangun sinergi yang ahli, dengan Telkom misalnya. Kemudian kita juga harus berkolaborasi dengan switching company. Ada beberapa opsi-opsi yang saya mungkin belum bisa sampaikan hari ini," ujar dia.
Prasetio mengatakan, pihaknya belum menghitung secara detail soal keuntungan yang bisa didapatkan jika terjun ke bisnis digital payment dan digital money. Namun jika sudah pasti ekspansi ke bisnis tersebut, pihaknya berharap bisa mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari BI.
"(Keuntungan bisnis digital payment dan digital money) Kita belum hitung ya. Tetapi pertumbuhan kartal itu flet tapi dibutuhkan karena kebijakan dari BI itu terus bagaimana kita bersama BI melakukan sosialiasi gerakan uang bersih. Kalau uang bersih ini berarti sirkulasinya harus dijaga berarti yang kotor ditarik lagi," kata dia. (Dny/Ahm)