Tiga Investor Tertarik Beli Merpati, Salah Satunya dari Asia

Proses penjualan saham Merpati, baru bisa dilakukan setelah mengantongi persetujuan dari regulator.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 28 Jan 2016, 16:48 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah memperjuangkan kehidupan dari empat perusahaan pelat merah, salah satunya PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) yang bangkrut dengan lilitan utang sekitar Rp 15 triliun. Upaya penyelamatan Merpati melalui pencarian investor strategis dalam program privatisasi BUMN 2016.

Deputi Kementerian BUMN Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha BUMN, Aloysius K Ro mengungkapkan, sudah ada tiga investor yang tertarik menyuntikkan modal atau membeli Merpati. Salah satunya merupakan investor asing yang masih dirahasiakan identitasnya.

"Investor dari dalam negeri dua, dan satu investor asing, yang asing berasal dari negara di Asia," katanya usai Rakor Privatisasi BUMN di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (28/1/2016).

Lebih jauh diakui Aloysius, pemerintah tidak mungkin menjalankan opsi penjualan atau pelepasan saham melalui pasar modal Indonesia baik untuk Merpati maupun tiga BUMN lain, seperti PT Kertas Leces (Persero), PT Iglas (Persero) dan PT Kertas Kraft (Persero).

"Dalam rangka penyelamatan BUMN, jadi harus dihidupkan dengan mengundang investor strategis. Itu pun harus diselesaikan di sini (kantor Kemenko Bidang Perekonomian), approve dari regulator, Kementerian Keuangan dan dikomandani Menko Bidang Perekonomian," jelasnya.

Proses penjualan saham Merpati, lanjutnya, baru bisa dilakukan setelah mengantongi persetujuan dari regulator, kemudian baru ditawarkan kepada investor. Diharapkan persetujuan dari Komite Privatisasi diperoleh pada pekan ini.

"Ini kan urgensi dalam rangka penyelamatan. Kami harus minta persetujuan atau konsultasikan ke DPR dulu. Kalau minggu depan selesai, kita usulkan Februari 2016," jelasnya.

Diakui Aloysius, investor perlu mengajukan proposal sebelum pembelian. Tentunya, pemerintah juga harus menawarkan skema menarik untuk mengundang investor lantaran menjual BUMN sehat dengan yang sudah bangkrut berbeda.

"BUMN ini kan sudah stop beroperasi, jadi kita tidak bicara masalah value premium, tapi ingin mengundang investor untuk menghidupkan lagi BUMN ini. Investor juga mengambil risiko lho, ekuitas Merpati saja negatif Rp 5,3 triliun, siapa yang bisa beli dan mengambil utangnya semua," terangnya.

Ia mengatakan, rapat koordinasi Privatisasi BUMN pada hari ini belum membuahkan hasil atau keputusan. Sehingga rencananya pemerintah akan kembali melanjutkan pembahasan tersebut.

"Kita tunda karena belum ada keputusan. Besok kita rapatkan lagi, tapi arahnya privatisasi menyelamatkan Merpati dan tiga BUMN lain," 


Hal ini dibenarkan Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro. Ia bilang, BUMN yang akan masuk program privatisasi adalah perusahaan pelat merah yang bermasalah.

"Tadi rapatnya belum selesai. Ada beberapa BUMN yang mau di privatisasi, kebanyakan yang bermasalah seperti Merpati. Pokoknya dicari investor strategis," tutur Bambang. (Fik/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya