Liputan6.com, Jakarta - Komisi VI DPR menggelar rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Komite Tetap bidang Agribisnis dan Peternakan Kadin Indonesia membahas ketersediaan pangan di Indonesia.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Viva Yoga mengatakan, saat ini terjadi kelangkaan pakan jagung hingga 80 persen. Ia menilai ada kebijakan pemerintah yang menghambat sehingga harga jagung tersebut mahal.
"Kami ingin menjembatani dan mencari solusi bagaimana caranya agar dunia perunggasan stabil dan peternak bisa sejahtera dan tidak melanggar UU. Saat ini ada impor jagung yang tertahan karena kebijakan pemerintah. Tafsir hukumnya bermacam-macam. Saat ini ada kelangkaan pakan jagung sebesar 80 persen," kata Viva di ruang rapat Komisi IV DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (28/1/2016).
Ia menuturkan, ada kenaikan harga jagung di pasaran dan membuat daya beli masyarakat menurun. Dampaknya, yakni terhadap peternak unggas yang mengandalkan pakan jagung menjadi korban dan kewalahan.
Baca Juga
Advertisement
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua Komite Tetap bidang Agribisnis dan Peternakan Kadin Indonesia Tri Hardiyanto mengatakan, tingginya harga jagung saat ini membuat harga ayam dan telur ikut melonjak tinggi.
Tri menyebutkan, harga jagung sebelumnya hanya di kisaran Rp 3.200 per kilogram (kg). Namun saat ini harga jagung telah mencapai Rp 7.200 per kilogram.
"Itu digoreng. Siapa yang sengsara? Rakyat. Rakyat yang beternak. Rakyat petani yang sengsara. Pemerintah jangan korbankan peternak ayam," ujar Tri Hardiyanto.
Tri berharap, pemerintah harus segera memperbaiki situasi itu. Sebab menurut dia, bukan hanya peternaknya saja yang berpotensi gulung tikar namun juga konsumen yang beli daging mahal.
"Kalau daging dan telur mahal seperti sekarang ini rakyat mana yang mau dibela. Ada barang di pelabuhan tapi tertahan karena peraturan yang tidak jelas oleh pemerintah," ucap dia.
Kelangkaan suplai jagung nasional, lanjut dia, bukan saja dihadapi oleh produsen pakan ternak, tetapi juga dialami oleh peternak ayam petelur yang menyusun sendiri ransum pakannya.
Di sentra-sentra produksi telur nasional seperti Blitar Jawa Timur, Legok Tangerang Banten, Lampung, Payakumbuh dan Medan di Sumatera, serta di Makassar - Sulawesi Selatan, peternak ayam bukan hanya menghadapi lonjakan harga jagung, tetapi mereka menjerit dan kelimpungan karena sulit mendapatkan jagung untuk kelanjutan usaha mereka.
"Jika krisis jagung tidak segera diselesaikan maka dapat berdampak serius terhadap kelangsungan industri perunggasan, yang pada akhirnya juga akan mengganggu suplai daging ayam dan telur. Tentu akan mengganggu suplai protein hewani yang sangat dibutuhkan rakyat Indonesia," harap Tri.
Viva Yoga mengungkapkan, Komisi IV DPR juga akan kembali menggelar rapat dengar pendapat bersama Kementerian Pertanian dan Bulog Selasa pekan depan, untuk menanyakan persoalan yang dihadapi peternak ayam. Diharapkan ada solusi cepat agar harga ayam dan telur bisa kembali normal. (Taufiq/Ahm)