Liputan6.com, Jakarta Akar sejarah kerajaan Huristak dimulai jauh dari abad pertama masehi, di mana telah berdiri kerajaan Batak yang diambil dari kata Pa’ta berkedudukan di Batahan sekitar kota Natal sekarang. Di masa itu agama yang dianut orang Batak adalah Parmalim, dimana pemimpin agama malim bertindak sebagai penasehat pemerintahan yang berlaku. Dimana raja Batak ketika itu bernama Raja Jolma dengan penasehat Raja Malim.
Kerajaan batak tua yang terletak di Tapanuli Selatan telah menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan lain seperti kerajaan Ming di China dan kerajaan Cola di India, dan peradaban ini telah memiliki perguruan tinggi Parmalim yang terletak di Gunung Tua. Perdagangan saat itu banyak dilakukan melalui Pelabuhan Barus. Pelabuhan Barousai (Barus) ini tercatat di peta kuno yang dibuat Claudius Ptolomeus seorang gubernur jendral kerajaan Yunani pada abad 2 M.
Advertisement
Bukti sejarah seperti candi-candi yang terdapat di Padang lawas dan sekitarnya seperti candi portibi, candi bahal, candi sitopan, candi bara, candi pulo, candi sipamutung, candi tandihat, candi sisangkilon dan candi manggis, menandakan bahwa dari abad 1sampai 10 Masehi, peradaban Batak di daerah ini sudah sangat maju.
Raja dari Sriwijaya yang berkuasa di pantai timur Sumatra tidak pernah mengganggu kerajaan batak tua di bagian barat , kabarnya karena mereka masih ada hubungan kekerabatan. Pada tahun 1024, terjadi pertempuran antara kerajaan batak tua dengan Kerajaan Cola, hal ini disebabkan karena ketersinggungan Raja Rajendra Cola Dewa 1 atas hubungan dagang Kerajaan Batak tua dan kerajaan Ming. Pertempuran ini berlangsung selama 5 tahun, dan pada tahun 1029 kerajaan Cola berhasil menguasai daerah tersebut, kerajaan batak tua runtuh, raja negeri batak ditangkap tapi tidak dibunuh dan setahun kemudian pada tahun 1030 pecahan kerajaan batak tua berdiri kembali di Barus , Raja Malim (pimpinan agama Malim di gunung tua), menobatkan menantunya sebagai Raja Mula di kerajaan Batak barus.