NATO: Target ISIS Berikutnya Kapal Pesiar

NATO tidak bisa tutup mata bahwa Laut Mediterania adalah jalur imigrasi saja. Perairan itu pintu masuk ISIS dari Libya

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 29 Jan 2016, 19:18 WIB
Ilustrasi ISIS

Liputan6.com, London - Kelompok teroris ISIS diprediksi memiliki target baru. Mengerikannya lagi, mereka--kemungkinan besar menggunakan persenjataan milik Rusia. Hal itu dikemukakan oleh seorang komandan Inggris yang bertugas di NATO.

Wakil Komanandan Clive Johnstone mengatakan ISIS telah menyebar hingga Libya. Aksi mereka mengancam wilayah perairan negara bekas pimpinan Moammar Khadaffi itu.

Pihak intelejen NATO mengungkapan ISIS akan membangun angkatan bersenjata di laut.

"ISIS kini mempersiapkan serangan yang mengerikan dengan persenjataan yang canggih ke laut. Dan aksi mereka ini bakal membawa implikasi yang besar bagi Barat," kata Johnstone seperti dilansir dari Daily Mail, Jumat (29/1/2016).

Ia berbicara di atas kapal milik NATO di tengah perjalanannya dari Spanyol ke London. Johnstone mengungkapkan bahwa dunia harus waspada dengan perairan timur laut Mediterania.

"NATO tidak bisa tutup mata bahwa Laut Mediterania sekedar jalur imigrasi. Ia membentang sepanjang perairan Afrika Utara. Itulah pintu masuk ISIS dari Libya, di mana kelompok itu mengontrol wilayah Sirte dan sekitarnya. Dan itu bakal membuat sulit akses perdagangan di laut dan jalur pelayarang," imbuhnya lagi.

Johnstone memperkirakan bahwa mereka juga bakal menyerang kapal-kapal pesiar di wilayah itu.

Kendati hingga kini belum ada ancaman ISIS di laut itu, namun NATO menyaksikan pertumbuhan organisasi yang paling mematikan itu. Komandan asal Inggris tersebut tidak bisa memastikan bagaimana di masa depannya.

"Kami berharap bahwa mereka tidak punya ambisi di laut. Tapi bisa jadi mereka akan membuat angkatan bersenjata di wilayah perairan, seperti pengalaman terdahulu Al Qaeda yang juga memiliki angkatan laut," imbuhnya lagi.

Akhir tahun lalu, terkuak bahwa ISIS militan telah membuat zona perlindungan di Libya untuk menghindari serangan udara di Suriah dan Irak.

Ketakutan pihak NATO dan Barat bukan tanpa alasan. Pengalaman sejarah mengatakan bahwa di masa lalu serangan di air bukan hal yang disepelekan. Pada 1985, sekelompok bersenjata Palestina membajak kapal pesiar di perairan Mediterania dan mengancam akan meledakannya.

Kapal Achille Lauro saat itu sedang dalam perjalanan menuju pelabuhan Ashood di Israel dengan 400 pelancong di dalamnya.

Empat orang pria bersenjata membajak kapal itu dengan menuntut pembebasan warga 50 Palestina di penjara Israel. Jika tak dipenuhi, mereka akan meledakan kapal tersebut.

Tidak main-main, empat orang tersebut membunuh 11 orang AS di kapal. Di pagi harinya, mereka mengancam akan membunuh turis Inggris.

Aksi itu berakhir setelah para tersangka menembak mati pria lanjut usia seorang Yahudi-Amerika difabel dan membuangnya ke laut. Mereka berhasil dibekuk oleh pihak keamanan. 3 dari teroris yang berhasil ditangkap dihukum penjara 15 hingga 30 tahun.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya