Liputan6.com, Jakarta Polisi akhirnya menetapkan Jessica Kumala Wongso sebagai tersangka atas kasus kematian Wayan Mirna Salihin yang meninggal akibat racun yang ditenggaknya melalui kopi. Pakar lie detector, Handoko Gani, MBA, BAII, mengatakan, menurut hipotesis awal yang dilakukannya, Jessica terlihat beberapa kali berbohong.
Baca Juga
Advertisement
"Hipotesis awal yang saya lihat sejak Selasa lalu menunjukkan, Jessica ini kemungkinan terduga pelaku. Saya melihatnya menggunakan beberapa analisis," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (30/1/2016).
Ciri Jessica Berbohong
Pria yang menjadi orang Indonesia pertama yang menyelesaikan program Post Graduate BAII (Behavior Analysis and Investigative Interview) di EIA (Emotional Inteligence Academy) Inggris ini mengungkapkan, ada ketidakselarasan antara apa yang dikatakan dengan wajah, gestur, suara, kata-kata, dan gaya bicara.
Misalnya ketika dia dikonfrontasi, apakah menaruh sianida ke dalam gelas, dia mengatakan tidak menaruh apa-apa. Namun analisis ekspresi wajah seperti sedang tersenyum.
"Mengapa seseorang bisa tersenyum ketika dia tidak melakukannya. Kedua, dia sahabat korban, dia sendiri yang menyaksikan proses kematiannya. Namun dengan reaksi seperti itu, membuat saya penasaran," ujarnya.
Selain itu, kata Handoko, ada beberapa kalimat verbal yang juga menjadi catatannya. Antara lain ketika ada percakapan Jessica dalam salah satu interview, "Si masnya mulai tuangin air ke dalam cangkirnya. Saya lihat kopinya itu, ya saya assume kopilah ya, itu kan hitam warnanya."
"Kata-kata assume kopi menunjukkan ada beberapa hipotesis yang menggunakan teori analisis verbal, dia memang tidak tahu itu 'kopi' atau Jessica curiga itu 'bukan kopi', yang artinya dia mencurigai itu ada racun," katanya.
Handoko mengatakan, ketika seseorang salah mengucapkan sesuatu maka otak dia kemungkinan tidak sinkron. Hal ini pula yang dilihatnya saat menjawab sakit lambung. "Ada tiga kali dia sebut ga-gara (tapi bukan gara-gara, gara-gara apa, gara-gara lambung saya ini). Itu spontan, dia koreksi namun itu sesungguhnya dia ngeles. Yang sebenarnya kalimat di balik itu dia salah kata. Jangan-jangan dia sudah tahu kopi itu beracun atau barusan tahu kopi itu mengandung racun, makanya keluar reaksi itu," katanya.
Hipotesis lain adalah reaksi dan emosinya yang tidak sinkron. "Jessica pernah mendongak ke atas, bilang nggak tau deh. Itu over," ucap Handoko.
Meski demikian, Handoko menuturkan, semua hipotesisnya ini bukan final karena dia tidak memiliki data lengkap seperti milik kepolisian. Dia juga tidak mewawancarai langsung dan tidak melihat rekaman CCTV lengkap.
"Hipotesis ini tidak bisa dijadikan kesimpulan karena keterbatasan data, fakta dan informasi," pungkasnya.