Liputan6.com, Palembang - Sosok Rezkiana (30) mendadak terkenal di dunia kesehatan Indonesia. Putri sulung dari pasangan Maimunah (53) dan Abbas (55) menjadi salah satu pasien di Indonesia yang sukses menjalani operasi transplantasi ginjal akibat sakit gagal organ tubuhnya tersebut.
Saat ditemui oleh Liputan6.com di perumahan dinas Rumah Sakit Moehammad Husein (RSMH), Jalan Jenderal Sudirman, Palembang, Sumatera Selatan, wanita yang akrab disapa Kiana ini bersemangat menceritakan proses panjang operasi transplantasi ginjal.
Buruh pabrik elektronik di Batam, Kepulauan Riau ini awalnya ditemukan pingsan saat bekerja pada Agustus 2015 lalu. Saat diperiksa ke dokter, hasil pemeriksaan menunjukkan Kiana hanya menderita penyakit mag saja.
Namun, lama-kelamaan hampir seluruh badan Kiana membengkak dan ia kembali ke dokter. Dari hasil pemeriksaan, Kiana langsung dirujuk ke RS Budi Kemuliaan, Batam, untuk dicek lebih lanjut.
Saat dirujuk dan dicek darah, ternyata hemoglobin atau HB darahnya turun sampai 5,5 dan langsung divonis sakit gagal ginjal. Kiara langsung lemas, karena penyakit ini sangat parah. Dokter langsung menyarankan untuk cuci darah.
"Saya disuruh cuci darah, tapi saya takut dan tidak mau. Tapi dokter bilang, kalau tidak cuci darah, usia saya tinggal menghitung hari saja. Saat pulang ke Palembang, saya bertekad harus kuat dan jikalau harus meninggal, saya mau meninggal di kampung halamanku," ucap Kiana kepada Liputan6.com, Sabtu (30/1/2016).
Baca Juga
Advertisement
Cuci darah pertama kali dijalaninya 2 jam di RS Muhammad Husein (RSMH), lalu selanjutnya selama 5 jam per 3 hari seminggu. Kiana tidak merasakan kesakitan saat cuci darah, namun ketakutannyalah yang sangat besar. Bagi Kiana, cuci darah bagaikan teror di dalam hidupnya untuk menyambung nyawa.
"Cuci darah di dalam pikiran saya pasti mati," tutur Kiana.
"Selama diopname di RSMH Palembang, rawat jalan dan sebelum operasi, cuci darah terus. Saya tidak mau cuci darah terus, saya capek. Apalagi banyak pasien yang cuci darah akhirnya meninggal beberapa hari kemudian," sambung dia.
Akhirnya, pihak RSMH Palembang menawarkan transplantasi ginjal, yang juga menjadi program pertama di rumah sakit ini. Kiana merasa cara ini adalah jalan terbaik untuk sembuh dan menghentikan kewajiban cuci darah yang membuatnya tersiksa.
Ginjal Ibunda
Gayung pun bersambut, golongan darahnya yaitu O+ ternyata sama dengan ibunya. Kondisi ginjal ibunya juga bagus untuk dicangkokkan ke anaknya.
Setelah dijelaskan secara rinci tentang transplantansi ginjal dan kondisi pascaoperasi, akhirnya Kiana dan Maimunah akhirnya melakukan transplantasi ginjal pada tanggal 7 Januari 2016, mulai pukul 08.00 WIB hingga 11.30 WIB di RSMH Palembang.
"Kata dokter, tidak ada efek berarti setelah cangkok ginjal. Karena saya tidak mau transplantasi ginjal jika berdampak buruk ke ibu saya," urai dia.
"Saya juga bisa hamil jika menikah nanti, namun kondisi tubuh saya hanya 70 persen yang normal. Tapi tidak masalah, asalkan saya tidak sakit dan cuci darah lagi, ibu saya juga tidak sakit juga," lanjut Kiana.
Satu minggu sebelum operasi, Kiana sudah dirawat inap di rumah sakit. Jadwal cuci darah juga dipercepat. Pada 6 Januari 2016, cuci darah terakhir selama 5 jam, cairan di dalam tubuhnya dibuang sebanyak 2 kilogram, saat itu berat badan Kiana hanya 45 kg.
Saat ini, Kiana dan sang ibu sementara menempati salah satu rumah dinas (rumdin) RSMH Palembang pasca-operasi. Beberapa alasan dokter menempatkan Kiana di rumdin tersebut, salah satunya karena rumah orang tua Kiana tidak layak huni untuk pasien yang sedang melakukan pemulihan.
Lalu, mereka mempermudah pasien untuk ke rumah sakit, karena posisi rumdin tersebut berada di belakang rumah sakit. Kiana dijadwalkan melakukan operasi pengangkatan selang di dalam perutnya pada 6 Februari 2016.
Biaya Operasi Rp 450 Juta
Hidup di tengah kondisi perekonomian yang pas-pasan sempat membuat Kiana dan keluarganya pesimistis melakukan transplantasi ginjal pertama di Indonesia. Sebab, biaya operasi yang harus disediakan sangatlah mahal.
"Biaya operasinya sebesar Rp 450 Juta, mau dicari ke mana uang sebanyak itu. Sedangkan saya hanya Pembantu Rumah Tangga (PRT) dengan gaji Rp 1 juta per bulan dan suami saya hanya membuka warung kopi pada malam hari dengan penghasilan tak menentu," ujar Maimunah, sang ibunda.
Maimunah menambahkan, uang tabungan Kiana juga habis untuk biaya perjalanan saat rawat jalan.
Namun, pihak RSMH Palembang dan BPJS Kesehatan mau membantu dengan membebaskan pasien dari seluruh biaya perawatan, operasi dan pemulihan. Kelegaan langsung terasa oleh seluruh keluarga Kiana.
Tak hanya masalah biaya operasi yang sempat membuat Kiana cemas, terbatasnya mengonsumsi makanan juga membuat Kiana merasa tersiksa. Sebelum operasi, Kiana hanya boleh minum segelas air putih, tidak boleh mengonsumsi buah-buahan dan selalu muntah saat makan.
"Melihat makanan saja saya sudah mual, apalagi saat makan sering muntah. Kalau sekarang, saya boleh makan apa saja, belum ada pantangan apa pun dari dokter. Dulu nafsu makan saya nyaris hilang, sekarang saya malah ingin makan terus," ungkap Kiana.
"Mau nambah berat badan 60 kg seperti dulu. Tapi saya baca dari referensi, pasien transplantasi ginjal tidak boleh mengonsumsi telur dan daging setengah matang," tutup dia.