Liputan6.com, Palembang - Vonis gagal ginjal untuk Rezkiana (30) membuat wanita kelahiran Palembang, 16 Januari 1986 ini sempat putus asa. Namun transplantasi ginjal yang sukses dilakukan oleh Rumah Sakit Muhammad Husein (RSMH) Palembang seakan memberikan kesempatan hidup baru bagi puteri sulung pasangan Maimunah (53) dan Abbas (55).
Di balik kesuksesan pencangkokan ginjal itu terkuak penyebab melemahnya ginjal buruh pabrik elektronik ini. Ternyata, Kiana, sapaan akrabnya, setiap hari bekerja tanpa henti selama 12 jam.
"Di perusahaan baru ini, saya kerja selama 2 tahun. Setiap hari kerja selama 12 jam, shift pagi dari pukul 07.00 WIB sampai 18.00 WIB, shift malam pukul 18.00 WIB sampai 07.00 WIB. Setiap dua minggu ganti shift terus, jadi setiap hari libur kerja hanya 12 jam. Nyaris tidak ada libur di pabrik baru ini," ujar Rezkiana kepada Liputan6.com, Sabtu, 30 Januari 2016.
Pekerjaan yang berat, waktu istirahat yang kurang ditambah konsumsi makan yang tidak teratur membuat Kiana sering kelelahan. Diduga, karena rutinitas tahunan seperti ini membuat kondisinya menjadi drop. Padahal, di tempat kerjanya terdahulu, rutinitas pekerjaan Kiana lebih santai dan tidak diburu waktu.
Baca Juga
Advertisement
Saking padatnya jadwal kerjanya sebagai buruh pabrik elektronik, Kiana kerap kali mengalami kecelakaan motor saat harus berangkat ke pabrik dengan kondisi cuaca yang tak mendukung.
"Sampai hujan lebat sekalipun, saya tetap dihubungi untuk tidak telat ke pabrik. Alhasil, karena hujan dan kondisi jalanan licin, saya sering mengalami kecelakaan, sampai luka robek di beberapa bagian tubuh," tuturnya.
Begitu juga dengan pola makannya yang tak teratur setiap hari. Terkadang, Kiana enggan makan siang karena makanan yang disajikan oleh pihak katering pabrik tidak sesuai selera. Kiana pun hanya mengkonsumsi makanan ringan sebagai pengganjal perut. Sesampai dirumah, ia tidak langsung makan.
Kiana lebih memilih beristirahat karena sudah kelelahan bekerja selama 12 jam. Kondisi diperparah dengan seringnya Kiana mengkonsumsi makanan siap saji maupun jajanan diluar.
Selama 9 tahun bekerja di Batam, Kiana hanya tiga kali pulang ke rumahnya di Palembang. Sebagai tulang punggung keluarga, Kiana mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya di Palembang. Bahkan, ia tak segan-segan untuk mengambil kerja lembur dengan intensitas kerja yang sangat padat.
Tekad Hidup Baru
Karena kondisi perekonomian yang pas-pasan, keluarga Kiana terpaksa tinggal di rumah kontrakan di bilangan Plaju Palembang. Namun, beberapa kali keluarganya sering diusir dari rumah kontrakannya. Padahal, Kiana tak pernah telat mengirimkan uang untuk kebutuhan hidup dan biaya kontrak setiap bulannya.
Akhirnya, Kiana mengumpulkan uang hasil gajinya dan membelikan orang tuanya sebuah warung berukuran 2x3meter di Jalan D.I Panjaitan, Plaju Palembang. Warung tersebut digunakan untuk tempat tinggal juga untuk berjualan.
Mirisnya, 'gubuk' kecil tersebut dihuni oleh 4 orang. Beruntung, tetangganya mau meminjamkan warung disebelah rumahnya untuk dijadikan tempat berjualannya.
Pasca-operasi, Kiana ingin mengabdikan hidupnya untuk membantu kedua orang tuanya. Ia ingin membantu sang ayah berjualan kopi di warungnya, agar bisa memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai sekolah adik bungsunya yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Terlebih, sang ibu juga sudah berhenti dari pekerjaannya sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) setelah operasi.
"Saya sudah resign dari pabrik bulan Agustus lalu dan memang ingin pindah ke sini saja. Ibu juga sudah berhenti kerja, saya tidak mau ibu kecapekan karena ginjalnya sekarang cuma satu. Sekarang saya ingin membantu bapak berjualan saja," ujar Kiana.