Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Hanggoro Budi Wiryawan menyatakan siap diaudit terkait dengan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Hal tersebut guna menanggapi rumor yang menyatakan jika proyek tersebut terlalu mahal karena menghabiskan dana sebesar US$ 5,5 miliar. Nilai tersebut dianggap lebih besar dari pembangunan kereta cepat yang ada di Iran yang menghabiskan dana hanya US$ 2,1 miliar.
Meski begitu, pihaknya mengatakan untuk proses audit tersebut mesti menggunakan perbandingan yang setara.
"Kalau masyarakat meragukan, Presiden, Menteri mengatakan diaudit, kita siap diaudit, tapi dengan skala sama," ujar dia kepada Liputan6.com, di SCTV Tower, Jakarta, seperti ditulis Senin (1/2/2016).
Baca Juga
Advertisement
Terkait dengan proyek kereta di Iran, dia menilai tak bisa dibandingkan dengan kereta cepat Jakarta-Bandung. Berdasarkan informasi yang diterimanya, proyek tersebut belum tergarap seutuhnya.
"Ini bukan kompetensi saya buat jawab yang menjadi topik Iran, dibanding proyek yang saya selesaikan. Kalau ada hal yang kurang karena saya hanya mendapat informasi sepihak dari salah satu konsorsium saya yang kebetulan juga akan mengerjakan ke sana. Di Iran itu bukan 400 km. Programnya memang 400 km, tahun ini anggaran yang tersedia baru US$ 2,1 miliar dan US$ 2,7 miliar yang diajukan. Dan itu baru Teheran ke Qom kurang lebih 160 km," jelas dia.
Selain itu, dari skemanya pun juga berbeda. Dia mengatakan penggarapan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung murni dari investor (swasta). Oleh karenanya mesti menyiapkan sendiri baik sarana berupa kereta serta prasarana berupa lahan, pondasi, jalur kereta, dan lain-lain.
"Maka saya bilang tidak bisa dibandingkan apple to apple dengan 100 persen yang ini 20-30 persen," ungkap dia.
Dia menegaskan, karena murni investor maka tak heran jika kereta cepat relatif mahal. "Kalau membangun double track yang single Jakarta-Surabaya, per km hanya Rp 30 miliar tapi tanah sudah ada sebagian besar, jadi hanya konstruksi saja. Tapi kalau beli tanah bisa lebih besar. LRT kita tahu berapa tapi tanah tidak beli," ujar dia. (Amd/Ahm)