Kopi Ternyata Tidak Mempercepat Detak Jantung

Para peneliti bersama seorang mahasiswa medis India melaporkan bahwa mengkonsumsi kopi tidak menyebabkan timbulnya detak jantung tambahan.

oleh Melodia diperbarui 31 Jan 2016, 20:30 WIB
Para peneliti bersama seorang mahasiswa medis India melaporkan bahwa mengkonsumsi kopi tidak menyebabkan timbulnya detak jantung tambahan.

Liputan6.com, Jakarta Ada alasan lain untuk meminum kopi Anda. Para peneliti bersama seorang mahasiswa medis India melaporkan bahwa mengkonsumsi kopi tidak menyebabkan timbulnya detak jantung tambahan, yang mana dapat menyebabkan kematian akibat jantung atau stroke.

Seperti di kutip dari Times of India, Minggu (31/1/2016), studi ini, yang dipimpin oleh para peneliti dari University of California-San Francisco, mengukur konsumsi kronis produk kafein selama lebih dari periode 12 bulan.

"Rekomendasi klinis menyarankan konsumsi regular produk kafein harus dipertimbangkan kembali. Karena hal ini seperti mendorong orang agar tidak mengkonsumsi cokelat, kopi dan teh yang justru mempunyai kemungkinan manfaat kardiovaskuler,” ujar peneliti senior Gregory Marcus, seorang kardiologi kesehatan dan direktur penelitian klinis.

"Mengingat pekerjaan baru kami yang mendemonstrasikan bahwa detak jantung tambahan bisa berbahaya, temuan ini sangat relevan,” menurut penekanan Gregory pada makalahnya yang dipublikasikan pada Journal of the American Heart Association.

Kontraksi prematur atrial (excessive premature atrial contractions (PACs) ) yang berlebihan menunjukkan hasil fibrilasi atrial, stroke dan kematian. Sementara kontraksi premature ventrikuler (excessive premature ventricular contraction-PVC) menunjukkan sebagai penyebab kegagalan jantung, penyakit arteri koroner dan kematian.

Kedua hasil abnormal tersebut selama ini dikaitkan dengan konsumsi kafein melalui beberapa studi dan percobaan namun semua itu dilaksanakan beberapa dekade lalu dan tidak menggunakan PAC & PAV sebagai hasil utama.

Pada studi mereka ini, Marcus dan koleganya menganalisa 1,388 partisipan yang terpilih secara acak. Dari total partisipan, 840 orang (61 persen) mengkonsumsi lebih dari satu produk berkafein setiap harinya.

Para peneliti menemukan tidak adanya perbedaan pada angka PAC atau PVC perjamnya terhadap tingkat konsumsi kopi, teh, ataupun cokelat. Konsumsi yang lebih sering terhadap produk-produk tersebut tidak berhubungan dengan detak jantung tambahan.

"Ini merupakan sample berdasarkan komunitas pertama untuk melihat akibat dari kafein pada detak jantung tambahan, seperti studi terdahulu yang melihat orang-orang dengan arryhtmia yang sudah terkenal,” ujar penggagas penelitian Shalini Dixit, mahasiswi kedokteran pada UCSF.

"Apakah konsumsi berlebihan terhadap produk berkafein mempengaruhi detak jantung tambahan memerlukan studi lebih jauh,” ujar mahasiswi tersebut.

Perkembangan bukti terbaru ini mengindikasikan potensi manfaat kardiovaskuler dari beberapa produk kafein seperti kopi, cokelat, dan teh.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya