Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) pada tahun ini.Alasan yang mendasarinya adalah risiko likuiditas yang kemungkinan bisa dialami oleh industri perbankan.
Kepala Ekonom LPS Doddy Arifianto menjelaskan, Bank Indonesia (BI) kemungkinan besar kembali menaikkan suku bunga acuan dalam beberapa bulan ke depan. Meskipun di awal tahun telah menurunkan sebesar 25 persen menjadi 7,25 persen.
"Kami perkirakan BI Rate di tahun ini di angka 7,5 persen. Ada risiko yang menjadi pertimbangan bagi BI, " jelas dia, seperti ditulis Minggu (31/1/2016).
Risiko tersebut adalah ketatnya likuiditas di sektor perbankan. Doddy menjelaskan, Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) memiliki target pembangunan infrastruktur. Untuk merealisasikan tersebut tentu saja pemerintah membutuhkan dana.
Baca Juga
Advertisement
Salah satu langkah yang akan dilakukan pemeirntah untuk bisa membiayai pembangunan infrastruktur tersebut adalah dengan menerbitkan surat utang. Alasannya, jika mengandalkan penerimaan negara, jika dilihat dari realisasi pada 2015 kemarin tidak bakal bisa mencukupinya.
"Pemerintah mau tidak mau harus mencari jalan lain untuk bisa membiayai pembangunan selain dari pajak, mau tidak mau obligasi, tutur dia.
Dengan langkah pemerintah yang menerbitkan obligasi tersebut maka industri perbankan akan bersaing dalam mendapatkan dana pihak ketiga.
Salah satu cara paling mudah untuk mendapatkan dana pihak ketiga adalah dengan bersaing di dalam suku bunga. "Maka BI akan memberikan sinyal dengan memasang BI rate di level 7,5 persen," tambah dia.
Di luar BI Rate, LPS memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2016 ini akan di angka 5,3, jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi 2015 yang ada di 4,8 persen.
Sedangkan untuk mata uang rupiah, LPS memperkirakan akan berada di level 14.000 per dolar AS. Masih rentannya Indonesia dengan risiko capital outflow membuat rupiah masih akan tertekan di tahun ini.(Gdn/Ahm)