Liputan6.com, Jakarta - Surat dari Praha, karya terbaru dari Angga Dwimas Sasongko, mengambil sebuah tema yang tidak main-main. Yakni sejarah, dan imbas dari huru-hara politik di tahun 1965. Karena tanggung jawab yang besar ini, sineas Surat dari Praha juga serius dalam melakukan riset.
Penulis skenario Surat dari Praha, Irfan Ramli, mengunjungi SCTV Tower hari ini, Senin, (01/02/2016). Ia menceritakan perjalanan riset film yang merupakan retrospeksi dari karya-karya Glenn Fredly selama 20 tahun karirnya ini.
"Sebelum syuting dimulai, saya melakukan riset terlebih dahulu selama 12 hari dengan mewawancarai sekitar 10 orang,"ucap Irfan Ramli. Di sana, ia melihat bagaimana kehidupan para eksil, untuk memperkaya skenario yang tengah ia tulis.
Baca Juga
Advertisement
Waktu 12 hari, kata Irfan, memang kelihatannya tidak terlalu lama tapi lewat hubungan yang intens, relasi mereka menjadi sangat dekat. "Saya sampai punya ayah angkat di sana," katanya.
Irfan menjelaskan salah satu alasan mengapa memilih Praha sebagai lokasi latar film ini. Ia menyebutkan, para eksil di Praha memiliki latar belakang yang cukup unik. "Para eksil di Praha kebanyakan adalah mereka yang tengah bersekolah," ujarnya.
Ia menyebut, mereka umumnya adalah anak muda berusia 19-21 tahun yang berpikiran maju. Dan tak seperti sejumlah eksil di lokasi lain, mereka umumnya tak berkaitan dengan komunis. Para pemuda-pemudi cerdas ini, diberangkatkan oleh Pemerintahan Soekarno untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan seperti kimia dasar hingga nuklir.
Cerita-cerita mengenai mereka, kata Irfan, bila dikumpulkan akan menjadi satu tulisan yang sangat panjang. "Ini adalah satu hal yang seharusnya lebih banyak orang tahu," katanya.