Liputan6.com, Bandung - Malu karena menjadi korban sindikat penjualan ginjal, seorang pemuda di Majalaya, Kabupaten Bandung melarikan diri dari rumah. Ikatan Dokter Indonesia membenarkan praktik jual beli ginjal terjadi karena tingginya permintaan operasi transplantasi ginjal.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Senin (1/2/2016), kampung Majalaya kini sepi, hanya ada beberapa warga yang hilir mudik beraktifitas sejak kasus praktik jual beli ginjal beredar di media massa.
Baca Juga
Advertisement
Rasa cemas bercampur sedih justru tengah dirasakan Ade Karyadi dan Rohana, karena anak laki-laki mereka Dasep Supriadi alias Atep kabur dari rumah sejak 2 minggu lalu.
Atep diduga lari dari rumah karena malu menjadi korban sindikat penjual ginjal. Atep menjual satu ginjalnya seharga Rp 90 juta untuk membantu ekonomi keluarganya. Ade Karyadi sang ayah, amat sedih karena sudah mengingatkan Atep namun tak dihiraukan.
Sebelum kabur dari rumah kondisi Atep memburuk, selain sering mual dan pusing, wajahnya sudah pucat dan tubuhnya lemas. Atep salah satu korban sindikat penjualan ginjal yang dijalankan AG, DD dan HR.
Korban yang menjual ginjalnya biasa diberi Rp 80-90 juta, sedangkan masing-masing calo atau perantara mendapat Rp 5,5 juta, Rp 10-15 juta dan Rp 100-110 juta.
Rumah sakit umumnya membeli seharga Rp 225-250 juta. Kasus jual beli ginjal terungkap setelah tahanan kasus pencurian berinisial S di Polres Garut mengaku menjual satu ginjalnya.
Sindikat jual beli ginjal menyasar ekonomi ke bawah yang butuh uang. Kini kasus jual beli ginjal tengah ditangani Bareskrim Polri.