Polisi Belanda Latih Elang Botak untuk Berburu Drone Liar

Untuk mengendalikan drone liar, Kepolisian Belanda punya cara jitu: mengerahkan elang botak.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 02 Feb 2016, 17:42 WIB
Aparat Belanda kerahkah elang botak untuk memburu drone (Wikipedia)

Liputan6.com, Amsterdam - Makin banyak drone malang melintang di angkasa. Pesawat tak berawak itu dianggap gangguan oleh banyak orang. Dianggap melanggar privasi hingga dikhawatirkan digunakan dalam kegiatan mata-mata bahkan terorisme.

Untuk mengendalikannya, Kepolisian Belanda punya cara jitu: mengerahkan elang botak.

Elang botak (Haliaeetus leucocephalus) adalah pemangsa yang andal. Burung yang memiliki bulu putih di kepala dan ekor punya reputasi agung dan gagah. Hewan itu dijadikan simbol sejumlah negara, misalnya Amerika Serikat dan Jerman.

Perusahaan Belanda, 'Guard from Above' menyebut, elang botak merupakan, "solusi berteknologi rendah untuk masalah teknologi tinggi".

Sebelum dikerahkan, elang-elang tersebut dilatih untuk menukik untuk mengatasi setiap gangguan dalam udara.

"Dua hal paling impresif dari burung pemangsa tersebut adalah kecepatan dan kekuatannya," kata salah satu pendiri Guard From Above, Ben de Keijzer, seperti dikutip dari CNN, Selasa (2/2/2016).

"Kadang-kadang, solusi untuk masalah yang terlalu modern lebih sederhana daripada yang dipikirkan."

Kian hari, drone makin jadi masalah.

Pada 2015, untuk merespons pengakuan para pilot yang mengaku melihat 100 penampakan drone tiap bulannya.

Badan penerbangan sipil atau  Federal Aviation Administration mengumumkan, pihaknya menguji teknologi anti-drone yang bisa mengatasi pesawat tanpa awak yang terbak dalam radius 5 mil atau 8 km dari bandara tertentu.

Teknologi tersebut dilaporkan bisa mendeteksi sinyal radio dari drone liar dan menggunakan teknologi pelacakan untuk memaksanya mendarat.

Kepolisian Jepang kerahkan drone untuk menjaring drone liar (jiji.com)

Cara Jepang agak berbeda. Kepolisian Tokyo bakal meluncurkan armada elite yang bertugas mencegat drone dan menangkap pesawat tak berawak mencurigakan yang terbang di atas lokasi sensitif.

Kesatuan polisi anti huru-hara mengendalikan drone pencegat yang dilengkapi kamera untuk mengejar pesawat tak berawak yang diduga memata-matai bangunan, termasuk kantor Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Menggunakan jaring, drone liar akan dijerat dan diturunkan paksa jika operatornya mengabaikan peringatan yang diberikan.

Drone milik kepolisian memiliki diameter sekitar 1 meter. Sementara, ukuran jaring yang dipasang di bagian bawahnya adalah 2x3 meter.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya