Liputan6.com, Jakarta - Setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pembunuhan terhadap Wayan Mirna Salihin, posisi Jessica Kumala Wongso makin tersudut. Kendati wanita berusia 27 tahun itu bersama pengacaranya terus melontarkan bantahan, fakta baru juga terus bermunculan.
Kalau pihak kepolisian terkesan 'pelit' membeberkan bukti kejahatan Jessica, tidak demikian halnya dengan keluarga Mirna. Mulai dari ayah, saudara kembar, hingga suami almarhumah kompak menuding Jessica sebagai pembunuh Mirna.
Advertisement
Untuk mendukung sangkaan itu, Edi Darmawan Salihin selaku ayah Mirna mengurutkan peristiwa yang dia alami saat mengetahui Mirna dalam kondisi kritis di Rumah Sakit Abdi Waluyo. Di rumah sakit itu pula kali pertama Edi bertemu Jessica, Rabu, 6 Januari 2016.
Edi mencatat betapa tenangnya Jessica bersikap saat berada di rumah sakit. Bahkan, saat Jessica melihat Mirna sudah tak lagi bernyawa. Ini yang membuat dia takjub.
"Saat itu saya menuju RS Abdi Waluyo. Saya kaget lihat Mirna sudah kaku begitu," ujar Edi dalam Indonesia Lawyers Club, Selasa, 2 Februari 2016.
Edi pun bertanya-tanya mengapa Mirna bisa meninggal. Setelah diberi tahu Mirna baru saja minum kopi, Edi tak habis pikir kenapa kopi bisa merenggut nyawa Mirna. Apalagi selama ini Mirna sehat, tidak ada penyakit.
"Begitu saya lihat Mirna, langsung saya bikin pernapasan buatan. Saya bilang..., 'Mir bangun, ini Papa. Mendingan saya mati. Papa yang mati sekarang enggak apa-apa, kamu hidup, bangun, denger Papa," tutur Edi.
Menurut Edi, saat diberikan napas buatan, Mirna mengorok dan mengembuskan napas terakhir. Edi lalu mencoba memompa jantung Mirna. Seingat Edi, saat itulah Jessica menghampiri jasad Mirna.
"Dia itu dengan tenangnya datang, nyamperin ke mayatnya Mirna itu, yang saya lihat sudah tak bernyawa. 'Eee... Om, Mirna meninggal ya? Eee... cantik ya Mirna," cerita Edi sambil menirukan ucapan Jessica.
Edi terperanjat, lantas bertanya, "Loh, kamu siapa?"
"Saya Jessica, Om," sahut Jessica seperti ditirukan Edi.
"Loh, anak saya meninggal minum apa ini?" tanya Edi.
"Kopi Vietnam," jawab Jessica seperti ditirukan Edi.
Edi kemudian menyadari Mirna meninggal karena diracun. Hal itu diketahuinya karena mulut Mirna hitam. Edi lalu meminta menantunya atau adik ipar Mirna membeli kopi Vietnam yang sama dari Olivier Cafe, Mal Grand Indonesia.
Beberapa saat kemudian, kata Edi, sang menantu kembali membawa kopi Vietnam. Edi lalu mencicipinya dan tidak ada masalah. Edi pun menghampiri Jessica.
"Begitu saya samperin, dia kayak orang panik. Dia langsung napas hah...hah...hah... Saya bilang, kenapa? Jessica kenapa kamu? Saya takut nih anak kena (racun juga) lagi. Terus saya tanya, kamu juga ikut ya? (Jessica menjawab) Ikut, jadi bertiga, Om," tutur Edi mengutip jawaban Jessica.
"Lalu saya bilang, ini anak saya minum racun, mati. Kamu minum apa? Kan, sama? (Jessica menjawab) Enggak, saya minum mineral, Om," kata Edi menirukan ucapan Jessica.
Menurut Edi, jawaban Jessica minum air mineral merupakan kebohongan pertama. Sebab, ternyata Jessica memesan dan minum cocktail, bukan air mineral.
"Terus saya tanya Hanny, 'Han, kamu minum apa? (Hanny Juwita Boon menjawab) Saya enggak keburu minum, Om. Dua-duanya diminum sama Jessica. Enggak tahu, Om, minumannya apa'," ucap Edi menirukan jawaban Hanny.
Kelakuan Aneh Jessica
Sementara itu, kata Edi, Jessica terlihat megap-megap. Lalu sekretaris Edi, Ida Andi, menghampiri Jessica dan meminta agar Jessica bersikap tenang jika ada asma. Jessica, menurut Edi, lalu menjawab, "Iya, Mbak."
"Terus yang saya kaget, setelah dia bilang asma-asma begitu, tahu-tahu dia berdiri, dia lompat begitu. Lah, nih anak kok sehat nih. Enggak asma. Terus jalan, dia kesandung. Kalau kita kesandung kan jatuh. Kalau dia mah lompat. Dia bisa lompat, main kungfu begitu," kata Edi.
Kaget melihat Jessica seperti itu, Edi kemudian berpikir Jessica tidak sakit. Edi kemudian memanggil Jessica.
"Jes, sini. Kamu sakit enggak, sih? Ada berasa apa enggak? (Jessica menjawab) Enggak, Om, enggak," ucap Edi menirukan Jessica.
Edi kemudian melihat sikap Jessica begitu tenang. Edi pun mulai curiga dan melihat ada keanehan. Apalagi saat menyadari semua teman Mirna menangis, kecuali Jessica.
"Dia tenang saja gitu, sembari muter-muter ya. Saya mulai curiga, nih anak kenapa ya? Kok rada aneh nih. Saya baru liat tuh. Eh, dia itu temen dari Australia yang mana tuh? Itu udah penuh tuh rumah sakit. Penuh temen-temennya si Mirna. Pada nangis semua. Hanya dia yang tidak. Satu-satunya yang saya perhatiin. Saya begitu lihat aneh, cuma saya tidak ada prasangka. Masak sih friend makan friend, gitu istilahnya anak-anak muda," kata Edi.
Fakta lain yang menurut Edi harus diperhatikan adalah jelang kedatangan Mirna dan temannya Hanny di Kafe Olivier, Mal Grand Indonesia, Jakarta Pusat, pada hari nahas itu.
"Ada sekitar 48 menit waktu kosong di mana dia (Jessica) bisa melakukan hal itu," kata Edi.
Dia mengatakan Jessica sengaja datang lebih awal untuk memastikan rencananya berjalan. "Dia sebelum duduk beberapa kali mondar-mandir untuk memantau keadaan dan memastikan posisi kamera CCTV," kata dia.
Setelah situasi aman dan posisi CCTV 'dikondisikan', Edi melanjutkan, berikutnya Jessica men-setting meja minuman. Untuk mengelabui sorotan kamera CCTV, Jessica lantas menaruh sejumlah paper bag di meja. Itu dilakukan setelah kopi yang dipesan datang.
Setelah semuanya dipastikan aman, menurut Edi, pada saat itulah Jessica diyakini menaburkan sianida maut ke kopi yang lantas diminum Mirna.
"Enggak benar kalau paper bag sudah di bawah saat kopi datang. Paper bag dipindahkan ke bawah setelah dia memastikan semua aman," ujar Edi.
Pesan Mesra Jessica
Edi mengakui kalau Jessica merupakan teman Mirna saat kuliah di Sydney, Australia. Namun, ia tak tahu sedekat apa hubungan keduanya. Edi menduga Jessica menaruh hati terhadap Mirna. Bukan tanpa alasan, sebab Edi menemukan pesan mesra yang dikirim Jessica ke handphone Mirna.
"Ada (pesan dari Jessica) saya liat di Whatsapp Mirna, 'Mir mau dong gw dicium sama lo, udah lama nih'," beber Edi.
Dia juga menilai Jessica memiliki kepribadian ganda. Sebab, banyak pesan yang dikirimkan Jessica ke Mirna yang membuatnya kaget.
"Dia ada ngomong di Whatsapp itu banyak urusan yang saya juga terkaget-kaget, ini anak saya lesbian kali? Oh ternyata tidak. Sangat normal dia, bahkan pacaran sampai 8 tahun dan akhirnya menikah," kata dia.
"Setelah menikah itu jadi masalah. Coba kalau tidak menikah, tidak mati Mirna," imbuh Edi.
Terkait hal ini, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Mohammad Iqbal menyatakan keterangan Darmawan yang menunjukkan penyimpangan seksual pada Jessica tersebut adalah petunjuk baru kepolisian. Sebab, hal itu belum disampaikan Darmawan kepada penyidik secara resmi melalui BAP.
"Itu informasi untuk penyidik. Tentunya (Darmawan) akan dimintai keterangan. Itu kan belum dituangkan dalam BAP," kata Iqbal ketika dikonfirmasi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (3/2/2016).
Ia mengatakan saat ini penyidik memang menerapkan berbagai macam cara untuk mengumpulkan keterangan yang berpotensi menguatkan alat bukti penyidik. Karena itu, penyidik terus memeriksa ulang para saksi, orang-orang yang mengetahui sejarah pertemanan Jessica dan Mirna, termasuk membuka hotline kopi maut Mirna melalu surel dan media sosial.
"Artinya info sekecil apa pun kami tak abaikan. Bahkan kami juga buka hotline untuk kasus ini. Termasuk orang tua korban yang paparkan kemarin untuk menambah alat bukti. Bila diperlukan (keterangannya) akan kami gali sebagai saksi. Tentu penyidik menyimak beberapa petunjuk dan akan kami catat," terang Iqbal.
Sementara itu, ketua tim penasihat hukum Jessica Yudi Wibowo Sukinto mengatakan keterangan yang disampaikan Darmawan adalah kebohongan publik dan fitnah terhadap kliennya. Ia berkukuh menuturkan bahwa klien yang juga adik sepupunya itu perempuan berorientasi seksual normal.
"Tidak benar itu, dia (Jessica) punya pacar laki-laki, kok. Dia normal. Orang lagi kena masalah, kok, malah difitnah," pungkas Yudi.
Tudingan kembaran Mirna
Tidak hanya dari Edi, Made Sandy Salihin, adik kembar Wayan Mirna Salihin, juga mengatakan semua yang dikatakan tersangka kasus kematian kakaknya, Jessica Kumala Wongso, adalah kebohongan. Termasuk kepada kepolisian.
Sandy mengaku memiliki bukti-bukti yang dapat mematahkan kedustaan Jessica itu. Dia juga siap jika polisi mengkonfrontir dirinya dengan Jessica.
"Apa yang dia sampaikan semua bohong. Saya siap (bila dipertemukan dengan Jessica)," ucap Sandy usai menjalani pemeriksaan lanjutan bersama suami Mirna, Arief Sumarko, di Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Markas Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu, 3 Februari 2016.
Sandy juga berharap Jessica dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. "Saya harap Jessica dihukum seberat-beratnya. Bukti-bukti, fakta-fakta nanti (akan dihadirkan) di pengadilan," ujar Sandy.
Dengan tudingan serius yang tak henti dilontarkan, Jessica dan tim pengacara bukannya tak bereaksi. Sejumlah bantahan sudah disampaikan, demikian pula kebingungan pengacara yang menilai polisi serba tertutup. Termasuk soal berkas BAP Jessica yang hingga kini belum diterima mereka.
Terlepas dari makin terbukanya fakta yang mengiringi kasus ini, sepertinya hanya di pengadilan semua bisa terungkap. Sebab, hingga kini masih belum terungkap motif pembunuhan serta proses terjadinya pembunuhan Mirna.
Polisi agaknya memang harus bekerja keras agar kasus ini bisa terang benderang. Selain untuk menegakkan hukum, pengungkapan kasus ini secara profesional juga penting agar jasad Mirna bisa tenang beristirahat di alam sana.