IHSG Menguat Ikuti Wall Street dan Bursa Asia

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 04 Feb 2016, 09:13 WIB
IHSG hari ini tampaknya mendapat sejumlah tantangan untuk melanjutkan penguatannya, Jakarta, Selasa (9/9/14). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Penguatan IHSG mengikuti bursa saham Asia dan juga Wall Street dipicu langkah The Fed yang mengisyaratkan untuk menunda kenaikan suku bunga.

Pada pembukaan perdagangan saham, Kamis (4/2/2016), IHSG naik 15,6 poin atau 0,28 persen ke level 4.610,16. Indeks saham LQ45 turun 0,43 persen ke level 800,83.

Ada sebanyak 90 saham menghijau yang mengangkat IHSG. Sedangkan 12 saham lainnya melemah. Di luar itu, terdapat 41 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 6.731 kali dengan volume perdagangan saham 145,3 juta juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 188,5 miliar.

 

Investor asing mencatatkan aksi beli sekitar Rp 6 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 6 miliar. Pada pagi ini, IHSG sempat sentuh level tertinggi 4.623,99 dan terendah 4.607,04.

Secara sektoral, seluruh sektor saham berada di zona positif alias menghijau. Sektor finansial memimpin penguatan dengan kenaikan 1,1 persen. Disusul sektor infrastruktur yang naik 0,81 persen.

Saham-saham yang menggerakan indeks saham dan pencatat kenaikan antara lain saham UNVR naik 2,5 persen ke level Rp 39.600 per saham, saham GGRM naik 0,4 persen ke level Rp 58.500 per saham, dan saham BBRI naik 2,06 persen ke level Rp 11.175 per saham.

Sedangkan saham-saham yang membebani IHSG antara lain saham HMSP turun 0,8 persen ke level Rp 103.600 per saham, saham SGRO melemah 4,64 persen ke level Rp 1.745 per saham, dan saham LPPF tergelincir 0,62 persen ke level Rp 16.025 per saham.

Analis PT Asjaya Indo‎surya Securities Willam Suryawijaya mengatakan kembali turunnya harga komoditas minyak menjadi penahan laju indeks saham.

Di sisi lain, stabilitasnya perekonomian terlihat dari nilai tukar rupiah menjadi penopang indeks saham. "Hal ini tentunya cukup memberi kekuatan pada IHSG untuk kembali meniti perjalanan naik," kata dia.

Dia menuturkan, koreksi yang terjadi pada indeks saham beberapa waktu ini adalah hal yang wajar. Menurut William, itu kesempatan untuk investor jangka panjang akumulasi saham.

"‎Bagi investor jangka panjang dapat memanfaatkan moment koreksi sehat di awal tahun untuk melakukan akumulasi beli. Potensi kenaikan IHSG masih cukup besar di tahun monyet api, hari ini IHSG berpotensi menguat," ujarnya. (Zu/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya