Mengenal Krioterapi untuk Cegah Kanker Serviks

Bila ada plak putih setelah tes IVA, pasien bisa melakukan pengobatan krioterapi (cryotherapy).

oleh Fitri Syarifah diperbarui 04 Feb 2016, 22:00 WIB
Selain pemeriksaan dini, bila wanita sudah aktif berhubungan seksual juga dirasa tepat untuk lakukan vaksin HPV

Liputan6.com, Jakarta Tes IVA dan Papsmear bukan hanya berguna untuk mencegah risiko kanker serviks, tapi juga sebagai deteksi dini. Jadi, bila ada plak putih atau lesi prakanker setelah tes IVA, pasien bisa melakukan pengobatan krioterapi (cryotherapy). 

"Sebelum dinyatakan kanker bisa dilakukan krioterapi, sebuah metode pengobatan khusus untuk merusak sel kanker menggunakan dry ice dan alat khusus. Kalaupun kadung kanker, maka kanker ditemukan dini dan bisa diobati," kata Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Prof. DR. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Rad (K) Onk.Rad pada wartawan di RS Dharmais, Jakarta, Kamis (4/2/2016).

Kementerian Kesehatan mencatat ada beberapa keuntungan melakukan pap smear atau IVA, terutama pada wanita usia 30-50 tahun, yaitu:

- pemeriksaan sederhana, mudah dan murah serta hasilnya dapat diketahui langsung,

- tidak memerlukan sarana laboratorium,

- dapat dilakukan di puskesmas bahkan mobil keliling yang dilakukan dokter umum dan bidan,

- jika dilakukan dengan kunjungan tunggal, IVA dan krioterapi akan meminimalisasi klien yang hilang sehingga menjadi lebih efektif,

- cakupan deteksi dini dengan IVA minimal 80 persen selama 5 tahun sehingga akan menurunkan insiden kanker leher rahim,

- sensitivitas IVA sebesar 77 persen dan spesivitas 86 persen, dan

- skrining kanker leher rahim dengan frakuensi 5 tahun sekali dapat menurunkan risiko kanker serviks hingga 83,6 persen. 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya