Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar investor di Indonesia hanya fokus pada perencanaan keuangan jangka pendek dan tidak memiliki strategi jelas untuk jangka panjang. Hal itu terungkap dalam survei Manulife Investor Sentimen Index yang dirilis pada Kamis (4/2/2016).
Berdasarkan survei tersebut menyebutkan jika sebagian besar investor atau sekitar 70 persen tidak memiliki target dana simpanan dalam jangka waktu tertentu.
Bila memiliki dana simpanan dalam jangka waktu pun sebagian besar hanya menyimpan dalam jangka pendek yaitu 1-4 tahun. Angkanya mencapai 76 persen, lalu simpanan 5-10 tahun mencapai 16 persen, dan simpanan lebih dari 10 persen hanya 8 persen.
Hal ini terjadi lantaran investor juga kurang disiplin dalam mengelola keuangannya. Dalam survei itu menyebutkan kalau 53 persen investor Indonesia menghabiskan lebih dari 70 persen penghasilan mereka setiap bulan. Bahkan 1 dari 10 menghabiskan lebih dari 90 persen penghasilan bulanannya.
Baca Juga
Advertisement
Dari temuan tersebut menunjukkan kalau investor sangat mengandalkan penghasilan bulanannya dan hanya sedikit simpanan. Apalagi 40 persen, investor tidak memantau pengeluaran mereka sama sekali.
Kondisi ini juga mendorong masyarakat untuk berutang. Meski 1 dari 5 investor di Indonesia yang kini memiliki utang, pengelolaan keuangan yang buruk dapat menyebabkan terjadinya tren perilaku berutang di masa depan.
Berdasarkan survei yang dilakukan pada kuartal IV 2015 kepada responden yang memiliki pengeluaran di atas Rp 4 juta dan Rp 2 juta tersebut, pengeluaran kehidupan sehari-hari mencatatkan pengeluaran terbesar yang membuat investor berutang, bahkan nilainya mencapai 38 persen. Lalu disusul biaya kesehatan, gaya hidup, biaya pendidikan dan sewa tempat tinggal.
"Pengeluaran lebih besar ini berisiko karena utang jangka panjang menjadi besar sekali. Kini masyarakat Indonesia memasukkan utang sebagai gaya hidup. Nah utang ini memberikan konsekuensi, masa biaya pendidikan saja harus utang," ujar Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Legowo Kusumonegoro.
Meski mengelola keuangan kurang disiplin, Legowo menuturkan, sebagian investor masih berencana memiliki investasi sebanyak 66 persen dan sisanya tidak memiliki rencana investasi.
Selain itu disebutkan, sekitar 59 persen investor menyesal dan berharap memiliki perencanaan investasi yang lebih baik. Ada pun hal yang disesali investor antara lain 28 persen tidak berinvestasi di saat yang tepat, 25 persen seharusnya berinvestasi lebih banyak dari pada menyimpan dana tunai dan sisanya tidak mendengarkan saran investasi dari perencana keuangan. (Ahm/Gdn)