Jumlah Tentara Menurun, ISIS Terus Melemah

Jumlah tentara ISIS menurut intelijen AS turun 20 persen.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 05 Feb 2016, 13:12 WIB
Raqqa yang dulunya bak surga kini bagai neraka di bawah kekuasaan ISIS (Reuters)

Liputan6.com, Washington DC - Intelijen Amerika Serikat membuat laporan mengejutkan. Mereka menyebut kelompok teror ISIS semakin melemah.

Laporan ini didasarkan pada jumlah tentara yang mereka miliki saat ini. Jika di tahun lalu ISIS punya 31 ribu tentara, pada Februari jumlah tersebut turun cukup signifikan.

Dari data yang mereka terima, pasukan ISIS saat ini tinggal berjumlah 25 ribu. Angka itu menurun 20 persen dari jumlah sebelumnya.

Menurut Juru Bicara Gedung Putih, Josh Earnest, penurunan ini disebabkan beberapa faktor. Termasuk, banyaknya tentara mereka yang tewas dan membelot.

Earnest mengatakan, menurunnya jumlah itu bukan berarti kewaspadaan terhadap ISIS diturunkan. Dia bahkan menyebut ISIS tetap akan menebar ancaman.

"Menurunnya jumlah dapat diartikan mereka akan melanjutkan ancaman secara substantif," sebut Earnest seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/2/2016).

Meski ISIS diyakini masih akan terus menebar teror, Earnest menyebut penurunan jumlah ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik. Oleh sebab itu, dia mendorong agar negara-negara di dunia bergandeng tangan agar pasukan ISIS tidak kembali bertambah.

"ISIS saat ini punya masalah mencari pengganti dari pasukan-pasukan mereka yang tewas," sebut dia.

"Jadi kita harus perhatikan ini. Kita sebagai komunitas internasional harus bekerja sama untuk membendung para teroris asing masuk ke ISIS," sebut dia.

Menambahkan pernyataan Earnest, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Emily Horne menjelaskan, menurunnya jumlah pasukan ISIS menandakan serangan koalisi internasional pimpinan AS untuk membasmi kelompok teror itu mulai memperlihatkan hasil.

"Penurunan jumlah ini merefleksikan sudah banyak tentara ISIS yang jadi korban serangan kami. Telah banyak anggota mereka yang membelot, gagalnya mereka merekrut anggota baru, serta sulitnya teroris asing masuk ke Suriah," ia menegaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya