Liputan6.com, Tangerang - Chandra Wahyu Aji, remaja berusia 16 tahun itu adalah pelatih di Sekolah Sepak Bola Putra Garuda Muda. Tentu saja, tugas itu tak mudah bagi Chandra yang kehilangan satu kakinya 3 tahun lalu.
Chandra sebenarnya lahir dan tumbuh normal. Sejak kecil, Chandra suka sepak bola dan telah membukukan sejumlah prestasi.
Baca Juga
Advertisement
Chandra pernah meraih beberapa penghargaan dan lolos seleksi pemain nasional usia di bawah 14 tahun.
Saat itu, semua tampak berjalan mulus. Sampai suatu hari di tahun 2012, saat Chandra berusia 13 tahun.
Ayah Chandra yang seorang buruh bangunan, tak mampu berbuat banyak. Semula, Chandra hanya dirawat di rumah. 6 Bulan lamanya, Chandra harus menahan sakit ketika kanker terus menghancurkan tulangnya.
Setahun sudah Chandra meninggalkan sekolah. Cita-citanya jadi pemain sepak bola profesional dalam sekejap sirna. Beberapa lama, Chandra mengucilkan diri.
Dukungan kedua orangtua, panggilan teman-teman, dan rasa cinta pada sepak bola lah yang mendorong Chandra keluar dari kepompong.
Dalam pertarungan melawan rasa putus asa, jiwa pantang menyerah remaja itu ternyata jadi pemenang.
Tak lagi menoleh ke belakang, Chandra telah berubah jadi sumber inspirasi. Chandra aktif sebagai relawan untuk memotivasi para penderita kanker lainnya.
Penggemar gelandang tim nasional Ahmad Bustomi itu telah tumbuh jauh lebih dewasa dari usianya.
Saksikan perjuangan Chandra melatih sepak bola, selengkapnya dalam Pantang Menyerah yang ditayangkan Liputan6 Siang SCTV, Jumat (5/2/2016) berikut ini: