Terdorong Belanja Negara, Ekonomi RI Mampu Tumbuh 4,7% di 2015

Jika dibandingkan dengan 2014, angka pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan. Dua tahun lalu ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,02 persen.

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Feb 2016, 21:15 WIB
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode 2015 di level 4,79 persen. Realisasi tersebut meleset dari target pemerintah. Dalam APBN Perubahan 2015, pemerintah menetapkan pertumbuhan ekonomi di angka 5,7 persen.

Namun, realisasi pertumbuhan ekonomi Ri di 2015 ini sesuai dengan prediksi dari beberapa lembaga keuangan dunia. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2015 di level 4,7 persen.

Sedangkan Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 4,8 persen hingga 5,2 persen.

Kepala BPS Suryamin menjelaskan, jika dibandingkan dengan 2014, angka pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan. Dua tahun lalu ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,02 persen.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia ini tak lepas dari pertumbuhan ekonomi global. Tercatat, ekonomi Inggris melemah dari 2,1 persen menjadi 1,9 persen. Ekonomi China melambat dari 6,9 persen menjadi 6,8 persen.

“Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) juga turun dari 2,1 persen menjadi 1,8 persen,” jelas dia, Jumat (5/2/2016).

Sedangkan jika dihitung secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal IV 2015 tercatat 5,04 persen secara year on year (YoY). Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2015 ini memang lebih tinggi dari kuartal IV 2014 sebesar 5,01 persen.

Suryamin mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada akhir 2015 tersebut didukung situasi makro ekonomi yang membaik. Inflasi Desember 2015 tercatat 3,35 persen secara YoY.

Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS sekitar 5,88 persen pada akhir kuartal IV 2015 dibanding posisi kuartal II 2015.

Prediksi Ekonom

Pengunjung beraktivitas di dalam gedung di Jakarta, Sabtu (9/1/2016). Pendorong pertumbuhan tersebut utamanya masih didominasi sektor konsumsi disertai dengan peningkatan kontribusi peran investasi dan pengeluaran pemerintah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Realisasi  pertumbuhan ekonomi RI yang diumumkan oleh BPS sesuai dengan perkiraan pada ekonom.

Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih, mengatakan ekonomi Indonesia pada 2015 akan tumbuh 4,72 persen.

"Dorongan utama dari konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah di akhir tahun fiskal 2015," ujar Lana.

Sementara itu, Kepala Ekonom CIMB Niaga Winang Budoyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi secara di angka 4,78 persen.

"Pengeluaran pemerintah lebih kencang karena proyek infrastruktur dan bertambah baiknya neraca dagang akibat penurunan impor lebih banyak dibanding ekspor," ucap Winang.

Pengamat Ekonomi Agustar Radjali mengaku konsumsi domestik masih menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi di 2015 ketika ekspor sulit diandalkan karena anjloknya harga komoditas dan penurunan permintaan dari negara lain, termasuk China.

"Ekspor kita kebanyakan usaha kecil dan menengah (UKM), bukan industri besar, jadi nilai tambah tidak besar. Beruntungnya ada pengeluaran pemerintah yang membaik di kuartal terakhir 2015 sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik," kata Agustar.

Indonesia mempunyai harapan besar meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena pemerintah saat ini semakin mengejar ketertinggalan membangun proyek infrastruktur, membenahi aturan, dan meningkatkan pelayanan supaya investor tertarik menanamkan modalnya di Indonesia.

Belanja Negara Jadi Pendorong

Siluet tiang konstruksi pembangunan gedung bertingkat terlihat di Jakarta Pusat, Senin (19/10/2015). Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2015 sebesar 4,85 persen. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Suryamin mengungkapkan, ‎sumber utama penopang pertumbuhan ekonomi RI di tahun lalu berasal dari pengeluaran pemerintah yang tumbuh signifikan, seperti belanja barang, gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan belanja modal.

Dari sisi pengeluaran konsumsi pemerintah bertumbuh 7,31 persen. Realisasinya melonjak drastis dari periode kuartal IV 2014 yang hanya bertumbuh 0,87 persen. Pengeluaran konsumsi pemerintah, sambungnya, dari belanja barang, bantuan sosial (bansos), gaji ke-13 PNS, tunjangan kinerja Kementerian/Lembaga yang meningkat.

"Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi pengeluaran pemerintah untuk barang modal jalan tol, jembatan, dan lainnya. Pertumbuhan PMTB 6,90 persen atau lebih tinggi dibanding kuartal IV 2014 sebesar 4,59 persen sebagai dampak kenaikan anggaran belanja modal," jelas dia.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suhariyanto menambahkan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2015 melonjak menjadi 5,04 persen dari kuartal sebelumnya 4,74 persen karena peran investasi dan konsumsi pemerintah sangat besar.

"Investasi belanja modal pemerintah naik 101 persen, konsumsi pemerintah dari belanja barang tumbuh 83 persen, belanja pegawai 16,5 persen. Setidaknya ini menyelamatkan pertumbuhan ekonomi kita," tegasnya.

Suhariyanto berharap, pemerintah dapat memacu anggaran negara tidak hanya di kuartal terakhir, tapi mempercepat penyerapan mulai dari awal tahun sehingga pertumbuhan ekonomi dapat lebih merata setiap kuartal.

Target 2016
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

Dalam APBN 2016, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa di angka 5,3 persen. "Asumsi pertumbuhan ekonomi 5,3 persen di 2016 Ini realistis tapi tanpa meninggalkan optimisme," ujar Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) lebih optimistis dari pemerintah. Organisasi para pengusaha ini memperkirakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,5 persen.

Ketua Umum Apindo Haryadi Sukamdani mengatakan, proyeksi tersebut berdasarkan pertimbangan atas perkembangan ekonomi global maupun reformasi ekonomi dalam negeri yang telah menunjukan tanda-tanda perbaikan.

Perkembangan ekonomi global yang berpengaruh terhadap ekonomi nasional pada 2016 antara lain pemulihan perekonomian Amerika Serikat dan kawasan Eropa, tumbuhnya perekonomian negara berkembang dan emerging country. "Serta masih rendahnya harga minyak dunia yang menguntungkan bagi negara pengimpor minyak," ujar dia. (Gdn/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya