Peringatan Risiko Resesi Tekan Bursa Saham

Ekonomi China melambat dan harga komoditas tertekan yang akan mempengaruhi laju bursa saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Feb 2016, 21:00 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Selasa (Rabu pagi).

Liputan6.com, New York - Salah satu perusahaan sekuritas memperingatkan investor soal meningkatnya risiko resesi sehingga dapat menekan bursa saham. Bahkan salah satu perusahaan menggunakan "R" pada perdagangan Selasa kemarin untuk memperingatkan investor.

Berdasarkan catatan tim riset RBC Capital Markets ke klien, sebagian besar saham sekarang belum memperhitungkan skenario resesi tersebut. Demikian mengutip laman Marketwatch, Jumat (5/2/2016).

Dalam menerapkan stress-test untuk keseluruhan dengan menggunakan valuasi terburuk pada 2008-2009, Analis RBC menyatakan kalau sejumlah saham perusahaan dapat melemah lagi sekitar 50 persen, dan bahkan lebih.

Analis RBC menyebutkan ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan volatilitas di bursa saham. Ekonomi global dan China melambat ditambah tantangan harga komoditas menjadi faktor yang dapat menekan bursa saham.

Pada pekan lalu, sejumlah lembaga keuangan internasional pun telah memberikan investor gambaran bila ekonomi alami resesi. Goldman Sachs memberikan investor gambar untuk mengikuti jika ekonomi alami resesi pada 2016. Credit Suisse pun meninjau kembali dari resesi yang terjadi.

Pada awal pekan ini, Analis Deutsche Bank David Bianco juga menyatakan kalau pada semester II 2015 mendapatkan "keuntungan dari resesi" bagi perusahaan-perusahaan yang masuk dalam indeks saham S&P 500. Kemungkinan pertumbuhan kinerja keuangan sehat diperkirakan belum dapat berlanjut pada semester II tahun ini.

Hingga perdagangan Selasa kemarin, setengah dari jumlah perusahaan yang terdaftar di indeks saham S&P 500 telah melaporkan hasil kuartal IV. Dari rilis kinerja itu menunjukkan kalau laba per saham turun 5,8 persen. (Ahm/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya