Liputan6.com, Jambi - Kebakaran di Provinsi Jambi pada pertengahan 2015 lalu menghanguskan 30 hektar lebih hutan dan lahan. Kondisi itu dinilai menjadi pemicu tingginya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jambi saat memasuki musim penghujan.
"Kebakaran hutan dan lahan memicu migrasi nyamuk dari hutan ke perkotaan," ujar Kepala Program Studi Kehutanan Universitas Jambi (Unja), Nursanti di Jambi, Jumat 5 Februari 2016.
Menurut dia, migrasi juga terjadi pada nyamuk Aedes Aegypti sebagai pembawa virus DBD. Migrasi itu disertai peningkatan suhu udara yang membuat jumlah nyamuk di perkotaan meningkat.
"Hujan dan panas yang silih berganti di perkotaan membuat nyamuk cepat berkembang biak. Imbasnya, DBD meningkat di Kota Jambi," jelas dia.
Sementara itu Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jambi, Kaswendi menyebutkan, kasus DBD di Jambi selama Januari mencapai 398 kasus.
Baca Juga
Advertisement
"Itu berdasarkan laporan dari Dinkes kabupaten/kota," kata Kaswendi.
Dari data itu, selama Januari 2016, korban meninggal akibat DBD mencapai 3 orang. Diantaranya, 1 orang di Kabupaten Merangin, 1 orang di Kabupaten Batanghari dan 1 orang di Kota Jambi. "Dari data itu, kasus DBD di Jambi memang cukup meluas di daerah perkotaan," ujar dia.
Lebih lanjut ia menyebutkan, kasus DBD paling tinggi terdapat di Kota Jambi, yakni mencapai 210 kasus. Untuk menekan kasus DBD di Jambi, Kaswendi mengimbau agar masyarakat menggalakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Melalui PSN, perkembangan nyamuk penyebab DBD digarapkan bisa dikendalikan. Selain itu, Dinkes di Jambi juga telah meningkatkan pengasapan (fogging) untuk memberantas nyamuk DBD.
Berdasarkan data di tahun 2015, kasus DBD di Provinsi Jambi mencapai 1.083 kasus, di mana 9 orang diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada 2014, kasus DBD di Jambi tercatat mencapai 1.308 kasus dengan 19 orang meninggal dunia.