Liputan6.com, Jakarta - Mobil bermesin bensin mengenal Pertamax atau Pertamax Plus yang menyuguhkan oktan dan kualitas bahan bakar lebih baik. Pada mesin Diesel juga tersedia bahan bakar Pertadex yang memiliki kualitas lebih baik dari biosolar.
Dengan kualitas lebih tinggi, Pertamina selaku penyedia Pertadex menjualnya lebih mahal dan pemerintah tidak memberikan subsidi untuk jenis bahan bakar yang satu ini.
Dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB Tri Yuswidjajanto Zaenuri menjelaskan, proses produksi pada Pertadex jauh lebih sulit ketimbang biosolar sehingga membuat harganya lebih mahal.
"Musuh dari mobil Diesel itu apalagi yang common rail adalah kadar air, sedimen, dan sulfur. Yang terakhir ini sulit menghilangkannya, harus di kilang dengan cara hidrogenasi," tutur Tri kepada Liputan6.com.
Baca Juga
Advertisement
Ia menyebut, jika kadar air atau sedimen mudah disaring dengan filter. Khusus untuk sulfur harus dikurangi, caranya yaitu bahan bakar dikabutkan kemudian dialirkan ke hidrogen untuk menangkap kadar sulfur.
Tri menjelaskan jika solar yang reguler memiliki kadar sulfur 3500 ppm (part per milion), sedangkan untuk Pertadex kadarnya cuma 300 ppm.
"Karena proses itu mahal, maka harganya jadi tinggi. Selain itu, cetane number Pertadex juga lebih tinggi," katanya.
Muhammad Resa, Assistant Manager Brand Communication Pertamina menjelaskan jika Cetane number Pertadex 53 sementara solar 48. Bahan bakar Diesel ini telah memenuhi standar EURO 3 dan diklaim sebagai bahan bakar diesel terbaik di Indonesia saat ini.
"Pertadex ditambah berbagai aditif untuk meningkatkan performa mesin dan lubrisitas bahan bakarnya. Harga saat ini Rp 9 ribu/liter dan fluktuatif mengikuti perkembangan harga minyak dunia," katanya melalui pesan singkat.