Liputan6.com, Houston - Edgar Mitchell telah berpulang. Astronot NASA itu mengembuskan napas penghabisan pada Kamis, 4 Februari 2016 di West Palm Beach, Florida, tepat pada malam peringatan ke-45 tahun pendaratannya ke Bulan yang berlangsung 5 Februari 1971.
"Atas nama keluarga besar NASA, saya mengungkapkan duka cita mendalam para keluarga dan kerabat astronot Edward Mitchell," kata pemimpin NASA Charles Bolden, dalam pernyataan yang dikutip dari CNN, Sabtu (6/2/2016).
Saat Presiden John F. Kennedy meminta NASA mewujudkan impian untuk mengirimkan manusia ke Bulan, di tengah persaingan sengit dengan Uni Soviet yang duluan mengirimkan manusia ke luar Bumi, Bolden menambahkan, Mitchell termasuk sedikit orang yang yakin itu bisa diraih.
"Dia adalah salah satu pioner dalam penjelajahan angkasa, yang menjadi tumpuan bagi kita semua saat ini."
Baca Juga
Advertisement
Bersama Alan Shepard dan Stuart Roosa, Mitchell menaiki Apollo 14 yang diluncurkan 31 Januari 1971, menuju Bulan. Ia menjadi manusia ke-16 yang pernah berjalan di permukaan satelit Bumi itu. Hanya 12 manusia yang pernah pergi ke Bulan.
Dua astronot, Mitchell dan Shepard, menjelajahi Bulan selama misi yang berdurasi 33 jam, mengumpulkan batuan, melakukan pengukuran. Kala itu, Shepard bahkan memukul 2 bola dengan tongkat golfnya.
Mitchell juga menjepret kameranya, mengabadikan Shepard yang berdiri di sebelah bendera Amerika Serikat.
Pria yang menjadi pilot modul Bulan beranggapan, perjalanannya ke rembulan, "Melihat Bumi dari angkasa, menyaksikan betapa terisolasinya planet manusia--adalah sebuah pengalaman yang membangkitkan ekstase. Menyadari ketika setiap molekul dalam tubuh kita adalah sistem dari unsur yang diciptakan dari sebuah bintang yang bergelantungan di alam semesta," kata Mitchell kepada Telegraph pada 2014 lalu.
"Pengalaman itu, bagi saya mirip dengan Samadhi dalam bahasa Sansekerta atau perasaan yang meluap saat menyaksikan Bumi dalam perspektif itu."
Mengaku frustasi pada hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan, yang sering tak sejalan, Mitchell menjadi sosok yang terbuka mengungkap pendapatnya tentang keterkaitan hal yang diketahui dan tak diketahui manusia.
Percaya UFO
Percaya UFO
Dia mengaku melakukan eksperimen ESP (extra sensori perception) dalam misi antariksanya. Mitchell pun terang-terangan soal keyakinannya terkait aktivitas makhluk ekstrateresterial. Sang astronot juga yakin UFO pernah mengunjungi Bumi.
Dalam wawancara dengan Bloomberg Business, Mitchell berpendapat insiden Roswell 1947--yang diyakini sejumlah orang sebagai kecelakaan piring terbang alien--sengaja ditutup-tutupi.
Pemerintah AS mengatakan insiden tersebut melibatkan balon udara.
Sementara, media Inggris Mirror mengabarkan Mitchell mengatakan UFO membantu mencegah perang nuklir pecah di Bumi.
Namun, Mitchel membantah pemberitaan itu. "Saya tak mengatakan hal tersebut," kata dia.
Tak hanya soal UFO. Mitchell juga mendirikan Institute of Noetic Sciences, yang melakukan penelitian tentang fenomena paranormal. Ia juga salah satu pendiri Association of Space Explorers--organisasi para penjelajah angkasa.
Sang astronot lahir di Hereford, Texas, pada 1930. Sebelum bergabung dengan NASA pada 1966, ia adalah seorang pilot Angkatan Laut Amerika Serikat.
Tak hanya piawai mengendalikan jet tempur dan modul NASA, Mitchell adalah sosok cerdas. Ia mendapatkan gelar doktor di bidang aeronautika dan astronautika dari universitas bergengsi, MIT.
Mitchell menjadi bagian dari Misi Apollo 9 dan Apollo 10. Setahun setelah misi Apollo 14 pada 1972, ia keluar dari NASA.
Ia kembali jadi pusat perhatian pada 2011. Gugatan Pemerintah AS membuatnya terpaksa mengembalikan kamera yang ia anggap kenang-kenangan misinya. NASA setuju memajang alat potret itu di National Air and Space Museum.
Dengan kepergian Mitchell, tinggal 7 dari 12 manusia yang pernah ke Bulan yang masih hidup: Buzz Aldrin, Alan Bean, David Scott, John W. Young, Charles Duke, Eugene Cernan, dan Harrison Schmitt.
Bagi mereka, misi tersebut adalah pengalaman luar biasa dan menggetarkan jiwa. Pun dengan Mitchell. Ia yakin kita semua terhubung dengan segala sesuatu di alam semesta.
"Kita tak sendirian di semesta," kata dia. "Hanya sebutir pasir di hamparan pantai yang besar."
Advertisement