6 Penantang Terkuat Ahok di Pilgub DKI 2017

Dari mantan menteri sampai ketua umum partai politik tak malu-malu lagi menyuarakan keinginannya untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.

oleh Nadya Isnaeni diperbarui 08 Feb 2016, 19:30 WIB
Ilustrasi pilkada serentak (Liputan6.com/Yoshiro)

Liputan6.com, Jakarta - Pilkada DKI Jakarta masih menghitung bilangan tahun. Namun sejumlah tokoh sudah memproklamirkan kemantapannya untuk maju dan berlaga memperebutkan kursi DKI 1.

Dari mantan menteri sampai ketua umum partai politik tak malu-malu lagi menyuarakan keinginannya untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta.

Namun ada pula yang masih malu-malu. Mereka belum mau mengumbar hasratnya ikut meramaikan Pilgub DKI Jakarta 2017. Seperti artis cantik yang kini sibuk menjadi politikus, Dessy Ratnasari.

"Pilkada DKI masih lama," kata Dessy pada 1 Februari 2016.

Jika sekarang bukan waktu yang tepat bagi Dessy untuk mengumumkan niatnya maju sebagai calon gubernur pengganti Ahok, lalu bagaimana dengan tokoh yang lain?

Yang jelas, jalan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di pilkada 2017 nanti tak akan mudah. Tokoh-tokoh yang bakal menjadi saingan Ahok bukan orang sembarangan.

Siapa saja mereka? Berikut catatan yang dihimpun Liputan6.com, Senin (8/2/2016):


Yusril Ihza Mahendra

Yusril Ihza Mahendra meraih penghargaan di ajang Madrid International Film Festival 2014 sebagai aktor utama terbaik di film berbahasa asing

Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra telah memproklamirkan keinginannya maju di Pilgub DKI 2017. Dia siap menantang calon petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Pakar hukum tata negara itu menyatakan, sudah ada beberapa partai yang menawarkan dukungan padanya. Katanya, ada 6 parpol.

"Saya kira warming up sudah dimulai," kata Yusril dalam perayaan ulang tahunnya ke-60 di Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu 6 Februari 2016.

"Dari beberapa statement, walau mungkin bukan sikap resmi tapi yang sudah itu dari PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, yang belum kita dengar itu Partai Demokrat, kalau PKS sudah," ujar dia.

Lalu apa reaksi Ahok mendapat 'lawan' sekelas Yusril?

Ahok mengatakan, dia sudah mengetahui alasan Yusril untuk maju dalam Pilkada 2017. Mantan Bupati Belitung Timur ini menduga, para penantangnya mau maju kerena menganggap dia tak layak lagi menjadi pemimpin Jakarta.

"Itu yang saya bilang kenapa beliau-beliau mau nyalon, mereka menganggap saya ini tak pantas jadi gubernur lagi. Mereka punya pikiran strategi yang lebih pantas dari pada saya," ucap Ahok.


Adhyaksa Dault

Adhyaksa Dault komentari Tim 9 Menpora (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Mantan Menpora Adhyaksa Dault menyatakan, akan tetap maju dalam Pilkada DKI Jakarta yang akan digelar secara serentak bersama daerah lain se-Indonesia pada awal Februari 2017.

Dia yakin, peluangnya untuk menang masih terbuka lebar. Meskipun tingkat keterpilihannya berdasarkan survei masih jauh di bawah Gubernur DKI Jakarta saat ini, Ahok.

"‎Saya maju, saya pikir harus maju walaupun sampai hari ini belum ada partai. Tapi saya tetap akan maju," kata Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) itu di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat 5 Februari 2016.

Adhyaksa mengaku telah berkomunikasi dengan beberapa pimpinan parpol. Seperti PKS dan PAN.

"Kalau‎ Ahok kan sekarang 43 persen menurut survei CSIS. Berarti separuh lah, ini masih ada peluang dong buat saya. Nah saya melihat kalau peluangnya nanti makin meningkat, ya oke," imbuh dia.

Menanggapi hasil survei itu, Ahok sebelumnya sempat kesal. Hal ini lantaran Adhyaksa menilai, angka tersebut belum cukup sebagai modal maju pada Pilkada DKI 2017. Menurut Adhyaksa, angka 43% menunjukan masyarakat Jakarta tidak ingin Ahok menjabat sebagai gubernur lagi. Terlebih, Ahok merupakan calon petahana.

Lalu apa kata Ahok?

Mantan Bupati Belitung Timur itu menilai Adhyaksa tidak mengerti sistem survei dan harus banyak belajar lagi.

"Itu dia enggak ngerti survei top of mind. Makanya saya pikir Pak Adhyaksa, mungkin dia hanya Menteri Olahraga jadi dia enggak ngerti sistem statistik, sistem survei, dia enggak ngerti," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin 1 Februari 2016.

"Adhyaksa Dault cuma berapa persen ya? 4%, saya enggak tahu. Kalau dia gunakan cara seperti itu, kasihan dia dong. Berarti 96% orang Jakarta enggak suka dia. Kan kasihan," ketus Ahok.


Dessy Ratnasari

Dessy Ratnasari

Anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Dessy Ratnasari dikabarkan menjadi salah satu kader yang akan diusung partainya dalam bursa Pilkada DKI Jakarta 2017. Namanya bersaing dengan pelawak yang kini menjadi politikus, Eko Patrio.

Namun wanita berkerudung itu masih malu-malu. Apalagi pemilihan kepala daerah masih lama.

"Pilkada DKI masih lama, di samping itu saat ini para pimpinan partai sedang menentukan kriteria. Diskusi panjang untuk menentukan dan memutuskan siapa yang akan maju jadi cagub DKI Jakarta yang diusung PAN," ‎kata Dessy kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin 1 Februari 2016.

Anggota Komisi VIII DPR ini mengatakan, belum bisa memastikan soal pengusungannya. "Bisa dari dalam PAN atau luar PAN (calonnya)," ujar Dessy.

Ahok pun bersuara menanggapi kabar ini. Dia tidak mau ambil pusing dengan popularitas yang dimiliki oleh sang artis. Ayah 3 anak itu percaya, masyarakat sudah pintar dalam menilai calon gubernur.

"Justru makin banyak calon, makin bagus," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Senin 1 Februari 2016.


Ridwan Kamil

Baru lima menit diunggah, foto-foto yang diambil oleh Walikota Bandung, Ridwan Kamil ini sudah mendapatkan lebih dari 1000 'like'.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil diisukan akan maju sebagai bakal cagub DKI Jakarta. Namun orang nomor satu di Kota Bandung tersebut menuturkan, majunya sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta tergantung dari keputusan warga Kota Bandung.

"Saya belum mau pikirkan, nanti saya akan jawab di waktu yang tepat. Kalau warga Bandung rela (ke Jakarta) berarti warga Bandung tak membutuhkan saya," kata Ridwan Kamil di Bandung, Jumat 22 Januari 2016.

Pria yang karib disapa Emil itu membeberkan ada 3 partai besar yang tertarik untuk mengusung dirinya. Tiga partai yang disebut-sebut yaitu Partai Gerindra, PDIP, dan PKS yang siap menjadi pengusungnya.

"Hanya memberi sinyal, tapi ya menghubungi juga sih," ucap Emil.

Pada 22 Januari 2016 lalu, Emil menyambangi Ahok di Balai Kota Jakarta. Banyak pihak menduga, di pertemuan tersebut keduanya membahas perihal Pilkada DKI Jakarta 2017. Namun, Ahok menepis dugaan itu.

Ahok juga membantah pertemuan itu dimanfaatkan Ridwan Kamil, untuk meminta izin ikut pertarungan Pilkada DKI yang berlangsung 2017 nanti.

"Enggak. Tapi saya justru kalau (Ridwan Kamil) mau maju, bagus. Kan saya bilang orang Jakarta harus diuntungkan. Kalau banyak orang maju, kalau banyak orang hebat, itu maju. Jakarta punya pilihan banyak," kata Ahok.


Tri Rismaharini

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini saat mengunjungi kantor Kementerian PANRB, Jakarta, Selasa (4/8/2015). Risma mendatangi Kemenpan-RB dalam rangka optimalisasi pelayanan publik dan reformasi birokrasi di daerah. (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Wali Kota terpilih Surabaya, Tri Rismaharini juga dianggap layak dipertimbangkan dalam kontestasi Pilgub DKI 2017. Namun, seperti pada kesempatan-kesempatan sebelumnya, Risma kembali menolak.

"Hahaha ndaklah," ujar Risma di sela Rakernas I PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa 12 Januari 2016.

Risma punya alasan untuk menolak maju dalam pesta demokrasi Ibu Kota tersebut. Alasannya, dia ingin mengurus Surabaya menjadi lebih baik ketimbang mencalonkan diri sebagai gubernur.

Kata dia, masih banyak pekerjaan rumah di Surabaya yang mesti diselesaikannya. Risma juga tak ingin 'berkhianat' kepada masyarakat Surabaya yang sudah memilihnya kembali sebagai wali kota di Kota Pahlawan tersebut.

"Tidak. Saya harus hargai warga Surabaya.‎ Nanti saya akan sampaikan (ke PDIP), karena ini saling menghargai saja ya."

Padahal, menurut Ahok, Risma termasuk salah satu pejabat yang baik. Yang bisa mematahkan stigma buruk masyarakat tentang pejabat yang pasti malas dan korup.

"Stigma mulai tergeser masih ada pejabat yang baik. Masih ada Ganjar (Gubernur Jateng Ganjar Pranowo), Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung), Risma (Wali Kota Surabaya), Bima Arya (Wali Kota Bogor), dan Azwar Anas (Bupati Banyuwangi). Masyarakat mulai percaya lagi masih ada pejabat jujur," tutur Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa 12 Januari 2016.


Sandiaga Uno

Pengusaha Indoneisa, Sandiaga Sallahudin Uno (Liputan6.com/Helmi Fitriansyah)

Beberapa waktu lalu beredar foto petinggi Partai Gerindra, Sandiaga Uno, dengan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari PKS Triwisaksana atau Sani.

Dalam foto itu, tampak singkatan nama keduanya yakni Sandi-Sani. Di bagian atasnya terdapat slogan 'Untuk Jakarta Setara' serta logo Pemprov DKI Jakarta.

Saat dikonfirmasi terkait foto itu, Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta, M Taufik, menilai pencalonan itu masuk akal. Mengingat Sandiaga juga kini menjabat sebagai pengurus DPP Gerindra.

"Setuju saja, kan dia bagus orangnya, pintar, cerdas, enggak kasar dan muda," kata Taufik di gedung DPRD Jakarta, Senin 7 September 2015.

Sementara itu pada 6 Februari 2016, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tidak ragu menyebut Sandiaga Uno di hadapan para kadernya dalam acara HUT ke-8 Gerindra. Pengusaha muda itu disebut-sebut bakal jadi calon Gubernur DKI Jakarta.

Sandiaga Uno sendiri dikabarkan sempat menemui Fraksi PKS di DPR. Langkah ini disebut-sebut untuk meminta restu dan dukungan terkait pencalonan dirinya sebagai cagub DKI Jakarta 2017.

Namun belum ada suara yang keluar dari mulutnya. Sedangkan calon pesaing Sandiaga, Ahok menanggapi santai langkah politik yang dilakukannya.

Bagi Ahok, lebih banyak orang yang menyatakan diri maju pada Pilkada DKI lebih awal justru semakin baik.

"Bagus. Itu yang saya bilang Jakarta itu harus banyak orang mau menyatakan diri maju gubernur," kata Ahok di Balai Kota pada 17 September 2015 lalu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya