Sisi Gelap di Balik Koin Super Bowl 50

Pengundian menggunakan koin selalau dinantikan di setiap ajang Super Bowl 50.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 09 Feb 2016, 06:30 WIB
Suasana tegang mewarnai acara lempar koin pada Super Bowl 50 (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Coin Toss atau pengundian dengan cara melempar koin ke udara bagi sebagian olahraga yang menggunakannya, bukanlah momen penting dari pertandingan. Dalam sepak bola konvensional misalnya, langkah ini tak lebih dari seremonial menentukan siapa yang memegang bola lebih dulu.

Namun bagi ajang American Football atau Rugbi Amerika Serikat, pengundian koin ibarat ritual sakral yang tidak boleh salah. Utamanya saat partai puncak seperti Super Bowl 50 yang berlangsung di Central Florida, Amerika Serikat, Minggu (8/2/2016). Acara ini tetap berlangsung mendebarkan, baik bagi pemimpin wasit yang melemparkannya, kedua tim, maupun masing-masing pendukungnya.

Mike Carey, mantan wasit Rugbi Amerika, menceritakan kepada Bloomberg ketegangan yang dialami saat menyaksikan coin toss pada Super Bowl  XLII, 3 Februari 2008. Kebetulan saat itu Carey dipercaya memimpin duel yang mempertemukan New England Patriots  Vs New York Giants.

Pemegang empat gelar Ronnie Lott ditunjuk untuk mengeksekusi coin toss. Sehari sebelumnya, dipimpin oleh Carey, mereka telah melakukan geladi resik prosesi pelemparan koin di awal laga.

Meski demikian, saat hari H, Carey tetap gugup. Dia khawatir 'ritual sakral' itu berantakan. Apalagi sebelumnya dia sudah mendengar cerita-cerita dari sesama wasit soal kegagalan acara coin toss.

Beruntung prosesi itu berjalan mulus. Lott berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Seperti diketahui, tim New York Giant mendapat kesempatan untuk lebih dulu memegang bola. "Semuanya telah dilatih," kata Carey, yang kini jadi alanisi di CBS Sports. "Namun pengundian adalah momen tunggal. Pembukaan dari event utama di olahraga ini. Ada banyak kecemasan," beber Carey.

Acara lempar koin sebenarnya hanya memakan waktu beberapa menit saja. Tinggal melemparkannya ke udara dan melihat hasilnya, apakah kepala atau ekor. Namun tetap saja ada yang salah melakukannya. Salah satunya adalah eks pemain, Joe Namath. Dia dipercaya melempar koin pada acara Super Bowl 2014 lalu. Sayang, prosesi tersebut terpaksa diulang gara-gara Namath melemparnya sebelum tim menentukan pilihannya. Bagi ajang sekelas Super Bowl, kejadian ini adalah aib.

Acara lempar koin di ajang Super Bowl memang spesial. Sejumlah orang penting mendapat kehormatan melakukannya. Mulai dari Presiden AS, Ronald Reagan (proses pengundian dilakukan lewat sambungan satelit) hingga pahlawan Amerika Serikat, David Petraeus pernah terlibat dalam acara ini. Begitu juga dengan mantan presiden AS, George Bush yang tampil pada pada Super Bowl XXXVI.

Belakangan acara lempar koin juga sangat diminati oleh para pejudi. Jelang Super Bowl 50, bursa taruhan juga menawarkan menu coin toss kepada para pelanggannya, bersama taruhan unik lainnya seperti, berapa lama lagu kebangsaan AS dinyanyikan maupun berapa banyak iklan yang ditayangkan.

Pada SuperBowl 50, coin toss dipercayakan kepada eks pemain, Joe Montana. Ritual sakral ini berlangsung dengan lancar. Dan koin yang dilempar oleh Montana akan masuk Hall of Fame.


Bukan Sembarang Koin


Seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak sembarang koin yang digunakan dalam pengundian pada Super Bowl 50. Koin yang dilempar dibuat khusus oleh perusahaan resmi, Highland Mint, milik Michael Kott. Gambarnya berbeda-beda setiap Super Bowl tergantung edisi dan tim yang akan bertanding.

Replika koin yang dilempar pada ajang Super Bowl hanya diproduksi terbatas. Karena itu harganya bisa melamubung tinggi. Untuk Super Bowl 50 ini, harga per koinnya bisa mencapai 99, 99 USD atau hampir Rp1,3 juta per buah. Tahun ini, Highland menargetkan penjualan hingga 10 ribu koin.

Foto dok. Liputan6.com

Highland Mint mulai dipercaya memproduksi koin untuk Super Bowl sejak Super Bowl XXVII tahun 1993. Saat itu, tepat di mana NFL ingin membawa liga rugbi Amerika ke arah lebih komersil.

Hingga saat ini, perusahaan yang mempekerjakan sekitar 120 karyawan itu sudah mengembangkan usahanya ke pembuatan ornamen, foto, dan gantungan kunci yang layak dikoleksi. Produk yang dijual Highland paling murah 8,99 USD dan termahal mencapai angka 1500 USD untuk 50 koin Super Bowl.

Sebulan sebelum Super Bowl 50 berlangsung, Highland sudah memasarkan memorabilia resmi. Mulai dari gantungan kunci seharga 9,99 USD hingga 1500 USD untuk koleksi 50 koin Super Bowl. Koin-koin yang diproduksi dihasilkan dari baja yang dilebur dan dicetak dengan alat khusus.


Sisi Kelam Highland

Highland Mint hanyalah perusahaan kecil dengan jumlah karyawan terbatas. Meski demikian, Highland punya peran dalam pertandingan paling akbar di Amerika Serikat sekelas Super Bowl. Namun ketika berbicara mengenai koin, selalu ada sisi lain di baliknya. Begitu juga dengan perusahaan Highland.

Seperti dilansir Bloomberg, perusahaan Highland Mint ternyata punya masa lalu yang kelam. Pemiliknya punya rekam jejak kejahatan di dunia perbankan, Kott dan ayahnya Irving.

Mereka membeli saham perusahaan ini dari pemilik sebelumnya, James Meadlock. Awalnya, Highland Mint memproduksi memorabilia untuk Major League Baseball. Kott lalu menghubungi Meadlock dan mengatakan mereka tertarik untuk membuka cabang di Kanada. Namun dalam pertemuan tersebut, Kott Cs langsung menawarkan untuk membeli seluruh saham Highland Mint. Meadlock setujuh menerima 120 ribu saham Hariston, induk perusahaan Madison Avenue Sports. Kott menggambarkan bahwa Harriston sebagai perusahaan yang tengah berkembang pesat dan punya cabang di Polandia.

Meadlock semakin tergiur karena perusahaan itu juga disebut-sebut mampu memproduksi limbah tanah menjadi logam mulia. Namun belakangan diketahui bahwa semua itu tidak sepenuhnya benar. Bahkan Madison Avenue Sport pernah diminta menarik produknya karena kasus pemalsuan dokumen.

Lalu siapa sebenarnya Kott dan Irving?
Oleh pemerintah Belanda, Irving dikenal sebagai broker saham lewat sambungan telepon terbesar di dunia. Dia pertama kali ditangkap oleh FBI saat menggelar pesta di rumahnya untuk menarik minat investor agar menanam saham secara diam-diam di perusahaan tambang yang dimilikinya. Namun ini merupakan tipu muslihat Irving dalam menguasai uang para investor lewat permainan di bursa saham.

Kejayaan Irving berlangsung saat dia mendirikan perusahaan First Commerce Securities di Amsterdam pada tahun 1980. Menurut Contrepreneurs, buku yang ditulis, wartawan Kanada, Diane Francis, di perusahaan ini, Irving mempekerjakan pegawai dari berbagai negara. Mereka beroperasi menawarkan saham-saham yang tak bernilai lewat sambungan telepon. Irving juga merekrut sejumlah pekerja dari London untuk menghasut para investor-investor dari Tanah Inggris. Tak pelak, First Commerce, menjadi salah satu pelanggan terbesar perusahaan telekomunikasi Belanda saat itu.

Tagihannya mendekati setengah juta USD per bulan. Namun saat perusahaan ini bubar pada tahun 1986, Irving kabur ke Kanada dengan membawa kerugian investor sebesar 4 miliar USD. Namun dia tak pernah disidangkan karena Belanda belum punya kebijakan ekstradisi dengan Kanada. 

Foto dok. Liputan6.com

Irving juga pernah digugat oleh Mark Cuban, miliarder dari perusahaan Dallas Mavericks. Namun saat Cuban memenangkan kasusnya pada tahu 2013 lalu, Irving telah wafat di kediamannya, di Montreal.

Setali tiga uang. Kott juga disebut-sebut punya masa lalu yang kelam di dunia perbankan. Dulu dia pernah mendirikan perusahaan broker, JB Oxford yang sempat diselidiki oleh FBI. Saat itu, salah seorang klien terbesar JB Oxford adalah pialang saham ternama asal New York, Jordan Belfort.

Belfort yang belakangan menjadi penulis, dulunya juga merupakan penipu saham kelas kakap. Dia pernah dipenjara selama 22 tahun sebelum menuliskan catatan kejahatannya dalam bukur berjudul 'The Wolf of Wall Street'. Buku ini telah difilmkan dengan pemeran utama, Leonardo DiCaprio. 

Kott tidak suka membicarakan latar belakang perusahaannya. Saat wartawan Bloomberg mengorek informasi mengenai masa lalunya, Kott enggan berkomentar banyak. Namun Kott akhirnya buka suara saat ditanya mengenai perusahannya, Highland, produknya, dan soal Super Bowl.

Dia mengatakan bahwa  Highland tengah di ambang kegagalan ketika ia membelinya dan hanya punya 20 karyawan. Tahun ini, dia berharap mampu memproduksi 10 ribu koin Super Bowl. Ini juga merupakan tahun pertama dalam sejarah, logo yang dicetak di sisi koin diukir dengan angka biasa. "Angka Romawi untuk 50 adalah L, dan L berkonotasi pecundang," katanya kepada wartawan.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya