Liputan6.com, Tainan - Tsao Wei-ling terbaring tak berdaya di antara puing-puing apartemen 17 lantai yang rubuh di Tainan di Taiwan. Gempa 6,4 skala Richter pada Sabtu 6 Februari 2016 meruntuhkan tempat tinggalnya, membuat lebih dari 100 orang terperangkap di dalam 'labirin' kehancuran.
Sejauh ini, ia satu-satunya dalam keluarga yang ditemukan dalam kondisi hidup. Putranya yang berusia 2 tahun terbaring tak bernyawa, tak jauh dari tempatnya berada, 5 anggota keluarganya yang lain berstatus hilang, sementara jasad suaminya ditemukan berada di atas tubuhnya.
Regu penyelamat menemukan Tsao Wei-ling di bawah jasad sang suami. Mereka menduga, tubuh pria tersebutlah yang melindungi perempuan tersebut dari hujaman puing -- yang memungkinkannya ditemukan dalam kondisi hidup.
Baca Juga
Advertisement
"Aku di sini," Tsao Wei-ling berseru dengan sisa-sisa tenaganya, saat petugas penyelamat menuju ke tempatnya berada, Senin 8 Februari 2016.
Dia tak sendirian. Pria 42 tahun bernama Tsao Wei-ling berhasil dievakuasi dari lantai 6 apartemen yang tak lagi berbentuk itu.
Sementara, keluarga para korban yang masih hilang membanjiri pusat informasi, untuk mengetahui nasib orang-orang terkasih. Beberapa dari mereka duduk dengan ekspresi gelisah. Lainnya berjalan hilir mudik, membawa karton hijau bertuliskan nama anggota keluarga yang hilang dan lokasinya di dalam gedung.
Pemerintah Tainan -- kota terdampak terparah -- mengatakan, lebih dari 170 orang telah dievakuasi dari gedung apartemen yang bentuknya mirip akordion setelah diguncang gempa.
"Bentuknya sungguh tak karuan. Sampai-sampai tak bisa membedakan antara lantai dan atap," kata korban selamat berusia 15 tahun, Hu kepada EBC Television, seperti Liputan6.com kutip dari CBC News, Senin (8/2/2016).
Hu mengaku memanjat jendela untuk memberitahukan keberadaan orangtuanya pada petugas penyelamat. Untunglah mereka selamat.
Korban jiwa akibat gempa sejauh ini berjumlah 37 orang -- 35 mengembuskan napas terakhir di dalam gedung apartemen yang rubuh, 2 lainnya di lokasi lain.
Rawan Gempa
Taiwan adalah daerah rawan gempa, meski sebagian besar lindu terjadi dalam skala minor hingga sedang.
Gempa mematikan pernah terjadi pada 1999, ketika guncangan berkekuatan 7,6 SR menewaskan 2.300 orang.
Apartemen yang rubuh tersebut dibangun pada 1989 -- insiden yang menimpanya memunculkan pertanyaan apakah konstruksi bangunan sudah bobrok.
Namun, pemerintah Tainan mengatakan, bangunan tersebut tak ada dalam daftar struktur berbahaya. Sementara, Menteri Dalam Negeri Taiwan, Chen Wei-zen, mengatakan investigasi soal insiden tersebut masih terus dilakukan.
Taiwan menerapkan standar antigempa untuk bangunan sejak 1970-an. Aturan tersebut kian ketat seiring waktu, khususnya usai gempa 1999.