Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso mengatakan di Papua masih terdapat kelompok-kelompok separatis. Hal itu diketahui dari deteksi pihaknya yang menemukan sekitar 700 senjata campuran yang dimiliki para kelompok separatis tersebut.
"Ada 700 pucuk senjata campuran (milik kelompok-kelompok separatis)," ujar Sutiyoso di Gedung Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (9/2/2016).
Selain itu, deteksi pihaknya juga mencatat setidaknya sepanjang 2015 ada 20 kasus penembakan di wilayah Papua. Di antaranya 6 kali kasus penembakan di Puncak Jaya dan 3 kali di Mimika serta penembakan di daerah-daerah lainnya.
"(Daerah) Erom dan Yapen itu 2 kali kasus penembakan. Ada yang satu kali," kata eks Gubernur DKI Jakarta ini.
Karena itu, menurut dia perlu ada pendekatan dari pemerintah terhadap kelompok-kelompok yang bergerak untuk memerdekakan diri dari Indonesia tersebut.
"Kita melakukan soft approach. Presiden juga sudah mempunyai willingness untuk bisa mengampuni mereka jika mau bergabung dengan Indonesia lagi," ucap Sutiyoso.
Baca Juga
Advertisement
Dia sendiri menilai jika pendekatan dengan soft approach ini tidak berhasil, maka pemerintah akan bertindak tegas pada para kelompok separatis tersebut.
"Pada saat tawaran soft power tidak direspons, ya uwis kita amankan," kata Sutiyoso.
Lebih jauh dia menilai, salah satu penyebab para kelompok separatis itu tak mau bergabung dengan Indonesia karena mereka merasa tidak hidup sejahtera, padahal Papua memiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa.
Untuk itu, Sutiyoso memandang perlu adanya tindakan dari pemerintah daerah untuk benar-benar serius dalam mengentaskan kemiskinan dan persoalan sosial di Papua. Karena pemerintah sudah menggelontorkan dana yang besar untuk daerah-daerah dengan Otonomi Khusus (Otsus) seperti Papua.
"Alokasi dana Otsus itu banyak sekali. Kalau keadaannya jadi miskin sekali, berarti pengelolaan dananya ada yang salah," kata Sutiyoso.