Liputan6.com, Jakarta - Langit Kota Malang, Jawa Timur, cerah pagi itu. Tak ada awan mendung. Cuaca seperti ini dimanfaatkan oleh Erna Wahyuningtyas untuk mencuci baju. Tiba-tiba suara mesin berderu terdengar semakin dekat.
Sekejap, badan pesawat latih tempur milik TNI AU jenis Super Tucano menghujam tanah melewati atap rumah Erna.
Mujianto tidak menyangka istrinya itu menjadi korban pesawat jatuh di Jalan LA Sucipto Malang, Jawa Timur. Dia selamat lantaran sedang keluar rumah.
"Saat kejadian itu saya sedang beli rokok di jalan depan. Istri saya sedang mencuci baju di rumah," kata Mujianto di Malang, Rabu 10 Februari 2016.
Tidak ada firasat buruk terkait musibah yang menimpa Erna. Bahkan Selasa 9 Februari 2016, Erna ikut membantu memandikan jenazah tetangganya.
"Kemarin istri saya memandikan jenazah tetangga yang meninggal karena kanker payudara. Saya tak menyangka dia hari ini jadi korban," ujar Mujianto.
Advertisement
Salah seorang saksi yang rumahnya tidak jauh dari lokasi kejadian, Ananda mengatakan pesawat berputar-putar sebelum menukik jatuh.
"Sebelum jatuh tadi sempat meraung lalu menukik dan jatuh ke bumi," kata Ananda di lokasi kejadian di Jalan LA Sucipto Kota Malang, seperti dilansir Antara.
Setelah menimpa rumah Mujianto, asap mengepul disertai bau avtur tercium kuat. Namun, tidak ada kebakaran usai pesawat jatuh.
Warga setempat, Roni, mengatakan hal tersebut. Dia mengaku sempat melihat pesawat terbang rendah sekitar 50 meter di atas tanah sebelum menghujam rumah milik Mujianto. Suara mesin pesawat terdengar mati hidup sebelum akhirnya meledak.
"Suara ledakan tak terlalu keras, tak ada kebakaran," ujar Roni di lokasi kejadian.
Korban kedua adalah Nur Kholis. Pria 30 tahun itu merupakan anak kos di rumah Mujianto dan Erna.
"Nur Kholis kos di rumah Mujianto. Sehari-hari dia bekerja di Rumah Sakit Persada Griya Shanta," kata petugas PMI Malang, Hari.
Menurut tetangga Mujianto, selain tempat tinggal, rumah ini menjadi indekos.
"Rumah Mujianto juga rumah kos yang mayoritas bekerja," kata Roni, tetangga Mujianto.
Jenazah Nur Kholis awalnya dibawa ke RS dr Munir Abdurahman Saleh. Kini jenazah telah dibawa ke RS Syaiful Anwar (RSSA) Malang. Jenazah Erna masih berada di RSSA Malang.
Pilot Meninggal
Pesawat latih tempur Super Tucano milik TNI AU jatuh di permukiman warga di Jalan LA Sucipto, Malang. Pilot pesawat terpental hingga ke tengah sawah.
"Sedang kami evakuasi. Sementara posisi pilot ada di tengah sawah," kata Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Abdulrachman Saleh, Mayor Sus Hamdi Londong Allo, saat dikonfirmasi lewat telepon, Rabu 10 Februari 2016.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriyatna menegaskan ada 3 korban meninggal dunia dalam musibah kecelakaan pesawat ini.
"Warga yang di rumah ada 2, dan pilot yang sudah ditemukan (meninggal)," kata Agus saat berbincang dengan Liputan6.com.
Dia pun segera terbang menuju Malang untuk memantau peristiwa ini.
Teknisi Sempat Dikira Hilang
Pihak TNI AU juga kehilangan teknisi pesawat, Sersan Mayor Syaiful Arif Rakhman, yang turut dalam penerbangan pesawat tempur Super Tucano tersebut.
"Kita masih mencari, karena sampai saat ini belum ketemu," ujar Agus.
Beberapa personel TNI, Polri, dan Basarnas diterjunkan untuk membantu pencarian Syaiful. Namun, selain hilang ada kemungkinan lain keberadaan Saiful.
"Ada kemungkinan dia terlontar jarak jauh. Kemungkinan lain adalah dia berada di dalam pesawat," kata Agus.
Setelah beberapa jam pencarian, Syaiful ditemukan meninggal dunia. Jenazahnya ditemukan di dalam kokpit pesawat. Dengan ditemukannya teknisi tersebut, total korban jiwa yang melayang akibat jatuhnya pesawat Super Tucano 3108 adalah 4 orang.
Laik Terbang
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu membenarkan hal tersebut. Menurut dia, yang jatuh itu masih tergolong pesawat baru sehingga kondisinya dinilai cukup baik.
"Kita lihat dulu kesalahannya. Apa pesawat, apa orang, atau cuaca. Pesawat dirasa cukup baik," ucap Ryamizard di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Menhan mengaku belum mendapatkan laporan resmi terkait hal ini, melainkan hanya dari telepon.
Dia menyatakan, ada yang berubah pada landasan Bandara Abdulrachman Saleh Malang. Dulu, bandara dan landasannya sepi dari warga. "Dulu, (Bandara) Halim dan sebagainya juga sepi, tapi (saat) ada batalyon pada datang (warganya)," ujar Ryamizard.
Jadi, lanjut Ryamizard, tak ada yang perlu diperbaiki dengan landasan udaranya karena permukiman warga muncul dengan sendirinya. Dia pun mengaku belum mendapat arahan dari Presiden Jokowi terkait hal ini.
Tim Pangkalan TNI AU Abdurahman Saleh Malang, mengevakuasi serpihan Super Tucano yang jatuh. Dengan menggunakan truk TNI AU, puing pesawat dibawa ke Skuadron 21 untuk dilakukan uji forensik.
Serpihan pesawat mulai dari besi panjang, lempengan aluminium hingga serpihan yang dimasukkan dalam karung. Petugas dan tim mekanik Super Tucano keluar masuk ke lokasi kejadian.
Sejumlah alat-alat untuk membawa puing, seperti gergaji listrik dikerahkan.
Pantauan Liputan6.com, puing pesawat yang dibawa antara lain besi sepanjang 1 meter, lempengan besi selebar 30 cm, dan serpihan besi. Badan pesawat itu dibawa ke truk TNI AU.
Sesaat setelah kejadian, petugas kepolisian dan TNI AU menyambangi lokasi. Mereka mensterilkan tempat kejadian. Namun, sulit untuk menjauhkan masyarakat di lokasi. Butuh beberapa jam untuk membawa masyarakat ke titik aman. Padahal, lokasi telah dipasangi garis polisi.
Sementara itu, warga dari luar Blimbing yang datang ke lokasi, hanya boleh mendekat sekitar 40 meter dari lokasi. Mereka dilarang merokok untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Danlanud Abdulrachman Saleh Malang, Marsekal Pertama Djoko Senoputro, menjelaskan pesawat jatuh saat sedang melakukan uji terbang.
"Setelah itu, hilang kontak," kata Djoko.
Menurut dia, pada pukul 09.07 WIB pesawat take off untuk uji terbang. Pesawat sempat mencapai ketinggian 25 ribu, setelah itu turun ke 15 ribu.
Pukul 10.07 WIB pesawat hilang kontak dan dilaporkan jatuh. "Laporan masyarakat juga masuk ke pihak TNI AU," ujar Djoko.
Kemudian, pukul 10.20 WIB pesawat ditemukan di kawasan Blimbing, Malang, Jawa Timur.
Data yang dihimpun Liputan6.com, Rabu (10/2/2016), pesawat tempur intai-sergap serba guna buatan Embraer SA, Brasil ini datang ke Indonesia secara bertahap. Pada tahap pertama datang 4 unit pada awal September 2012. Saat mendarat di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusumah, pesawat itu masih bernomor registrasi eksperimental tanpa slot dan pod persenjataannya.
Keempat batch perdana itu kemudian diberi nomor registrasi TT-3101, TT-3102, TT-3103, dan TT-3104. Kemudian, pada September 2014, sebanyak 4 unit lagi pesawat EMB-314 Super Tucano tiba di Pangkalan Udara Utama TNI AU Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur.
4 Pesawat itu langsung bergabung dengan 4 unit Super Tucano terdahulu di Skuadron Udara 21 Wing Udara 2. Keempat Super Tucano pada batch kedua ini diberi nomor register TT-3105, TT-1306, TT-1307 dan TT-1308. Kode TT pada awal angka bermakna tempur taktis.
Super Tucano memiliki kemampuan menempuh operasi jarak jauh karena dilengkapi mesin berkuatan 1.196 kW jenis Hartzell 5-blade dan Pratt & Whitney Canada PT6A-68C turbo prop. Dengan mesin tersebut, Super Tucano mampu melesat hingga 590 km per jam hingga jarak 1.330 km.
Pesawat ini juga mampu menampung 7 jenis senapan mesin, yakni 2 unit senapan mesin FN Herstal M3P kaliber 12,7 mm jenis di bagian sayap, 1 unit kanon GIAT M20A1 kaliber 20 mm di badan pesawat, senapan mesin FN Herstal HMP kaliber 12,7 mm, dan 4 minigun Dillon Aero M134 kaliber 7,62 mm.
Masing-masing sayap mampu membawa 4 unit roket berkaliber 70 mm yang bisa digunakan untuk pertempuran udara atau menembak target di darat. Tak hanya itu, Super Tucano juga bisa membawa bom dalam misi-misi tertentu.