Liputan6.com, London - Pernah terus menerus mendengar suara-suara dan kebisingan di dalam telinga walaupun tidak ada sumber suara di luar sana? Mungkin saatnya memeriksakan diri ke spesialis THT.
Suatu penyakit sistem pendengaran membuat penderitanya lebih menderita daripada sekedar frustrasi. Jika ditanyakan kepada para penderita, keheningan merupakan hal yang paling didamba.
Dikutip dari The Express pada Jumat (12/2/2016), seorang penderita penyakit yang dikenal dengan nama ‘tinnitus’ mendengar suara-suara yang berasal dari dalam tubuhnya sendiri, bukan dari sumber luar.
The Express melakukan wawancara dengan Louise Heart, seorang audiologis senior untuk kelompok 'Action on Hearing Loss' terkait dengan penyakit tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Louise Heart menjelaskan, “Tinnitus biasanya disebutkan sebagai suara berdering, berdesis, berdengung, bergaung, ataupun bergumam ketika tidak ada sumber luar suaranya. Bisa bersuara tunggal ataupun lebih, dan keberisikannya bisa terus ada atau datang dan pergi.”
Suara-suara itu bisa terdengar di satu telinga atau keduanya. Bagi sejumlah orang, tinnitus bisa seperti potongan-potongan nada atau lagu. Gejala itu dikenal sebagai ‘halusinasi musikal’.
Dalam kasus yang jarang, tinnitus terdengar seperti bising berirama yang bisa muncul seirama dengan denyut jantung. Keadaan ini disebut dengan ‘pulsatile tinnitus.”
Penyebab Tinnitus
Ketika ditanya tentang penyebab tinnitus, Hart mengatakan, “Kebanyakan penyebab tinnitus berkaitan hilangnya pendengaran sejalan pertambahan usia atau kehilangan pendengaran karena terpapar kebisingan yang kuat.”
Lanjutnya, “Sejumlah penyebab lain misalnya beberapa kondisi dan penyakit telinga, cedera kuping, kepala, atau leher dan efek beberapa obat tertentu untuk mengobati penyakit serius.”
Dua per tiga orang penderita tinnitus menderita kehilangan pendengaran, tapi banyak penderita kehilangan pendengaran yang tidak menderita tinnitus.
Tinnitus tidak selalu membuat tuli. Banyak orang menderita kehilangan pendengaran yang memiliki tinnitus, tapi seseorang bisa menderita tinnitus tanpa mengalami persoalan lain.
Sejumlah penderita mengaku bahwa tinnitus mempersulitnya untuk berkonsentrasi kepada apa yang mereka dengar.
Mengenai kaitan dengan penyakit lain, Hart menjelaskan, “Penyakit itu berhubungan dengan masalah kuping semisal penyakit Meniere’s dan bisa timbul bersama infeksi bagian tengah kuping serta masalah rahang. Dalam kasus-kasus langka, ia disebabkan oleh kelainan pembuluh darah.”
Menurutnya, tinnitus bisa diderita orang usia berapapun, bahkan anak-anak. Namun demikian, persentasi penderita tinnitus terkait dengan pertambahan usia adalah 1 di antara 10 warga dewasa di Inggris. Katanya, “Angka penderita meningkat menjadi 25 persen hingga 30 persen pada orang berusia di atas 70 tahun.”
Advertisement
Pengobatan
Sayangnya, sekarang ini belum ada pengobatan tinnitus, walaupun ada sejumlah cara yang efektif untuk mengatasinya.
Seorang spesialis tinnitus dapat merancang bersama strategi menghadapi tinnitus atau untuk membiasakan penderita dengan keadannya. Misalnya dengan melatih ulang otak agar ‘menapis’ tinnitus, sehingga tidak berdampak negatif pada kehidupan.
Strategi mengatasinya antara lain:
- Terapi suara
- Alat bantu dengar atau alat bantu dengar dengan pembangkit derau (alat kombinasi)
- Konseling
- Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy, CBT)
- Terapi relaksasi
- Terapi bagi masalah-masalah terkait misalnya insomnia, kecemasan ataupun depresi.
Jika curiga menderita tinnitus, pasien dapat memeriksakan diri kepada dokter umum untuk mendapat rujukan pemeriksaan kepada spesialis telinga, hidung, tenggorokan (THT).
Untuk pemeriksaan di rumah sakit, dilakukan pemeriksaan penyebab dasarnya semisal cairan telinga ataupun infeksi. Lalu pemeriksaan pendengaran yang mencakup riwayat medis dan uji pendengaran.
Seperti apa suara yang didengar oleh seorang penderita tinnitus? Ini simulasi suaranya: