Liputan6.com, Nusa Dua - Pemerintah memperkirakan Indonesia akan menjadi negara pengimpor gas bumi pada 2020. Sebagai ancang-ancang, pemerintah Indonesia sudah membuka pintu kerjasama dengan Papua Nugini dalam rangka importasi sumber energi terbarukan ini.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengungkapkan, Menteri ESDM RI Sudirman Said dan Menteri Energi Papua Nugini telah menggelar pertemuan bilateral di sela acara Bali Clean Energy Forum 2016.
Kedua negara menandatangani perjanjian kerjasama (Memorandum of Understanding/MoU) di bidang energi. Teken nota kesepahaman ini berlangsung di Nusa Dua Convention Center, Bali, Kamis (11/2/2016) malam.
"Mereka (Papua Nugini) punya gas cukup banyak, sedangkan Indonesia akan mengimpor gas pada 2020. Papua Nugini adalah partner yang baik," ucap Wiratmaja saat berbincang dengan wartawan.
Menurutnya, Papua Nugini sudah menemukan lapangan gas untuk dieksplorasi dan eksploitasi. Tinggal kesiapan dari pemerintah Indonesia mengenai negosiasi harga dan kebutuhan gas di dalam negeri.
Baca Juga
Advertisement
"Kita masih diskusikan harganya dan berapa kebutuhannya. Karena mereka sudah temukan gasnya, tinggal kesiapan kita bagaimana," dia menjelaskan.
Lebih jauh Wiratmaja menjelaskan, dalam pertemuan bilateral, bulir atau isi dari nota kesepahaman tersebut meliputi kerjasama proyek di bidang energi, seperti komitmen membangun infrastruktur gas dan pemenuhan fasilitas pengembangan energi terbarukan.
Sebagai contoh, Indonesia akan membangun pipa di perbatasan, program joint study dan eksplorasi di perbatasan, menyediakan dan berbagi pengalaman serta teknologi pengembangan sumber daya mineral, juga memiliki pusat operasi LNG di Bontang, Kalimantan Timur.
"Jadi kawan-kawan dari Papua Nugini bisa diberikan pendidikan di Bontang dan Cepu untuk migas dari energi bersih," dia menuturkan.
Papua Nugini, akan membangun pembangkit listrik tenaga air (hydro) dengan kapasitas 10 ribu megawatt (mw). Saat ini segera selesai dibangun 1.400 mw. "Nanti bisa berbagi listriknya. Leadership atau kepemimpinan kita sangat dibutuhkan negara tetangga," jelasnya.
Sementara itu, Menteri ESDM Sudirman Said menilai, Papua Nugini membutuhkan bantuan dari Indonesia guna mengelola tambang gas dan meningkatkan keahlian sumber daya manusianya.
"Kita tidak mesti menawarkan sesuatu ke mereka. Mereka butuh expert atau tenaga ahli, mencari mitra demi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, kekayaan tambang. Kekayaannya sama dengan Timika ke Timur, dan mereka belum punya kemampuan dan teknologi semaju kita," Sudirman memungkasi. (Fik/Nrm)