Liputan6.com, Jakarta - Di era digital seperti sekarang ini, istilah hacker pasti sudah tidak asing di telinga kita. Di Indonesia, hacker atau yang sering dikenal dengan peretas komputer ini masih dijadikan sebagai hobi belaka. Namun berbeda halnya dengan negara maju dunia seperti Amerika Serikat. Di AS, hacker ternyata bisa menjadi profesi yang menjanjikan.
Keahlian seorang hacker seringkali dianggap merepotkan sejumlah korbannya. Padahal belum tentu semua hacker bisa dicap negatif, banyak di antara mereka yang menggunakan keahliannya untuk tujuan-tujuan melihat atau memperbaiki kelemahan perangkat lunak di komputer.
Advertisement
Melansir laman infosecinstitute.com, Jumat (12/2/2016) hacker di beberapa negara maju sering dikenal dengan nama Certified Ethical Hacking (CEH). Seorang CEH bertugas untuk mengamankan data-data penting yang dimiliki oleh perusahaan. Ia juga bertanggung jawab penuh terhadap sistem keamanan digital perusahaan.
Penghasilan rata-rata seorang CEH adalah US$ 71.331 atau Rp 964 juta per tahun. Skala gaji yang didapat per tahun biasanya berkisar di angka US$ 24.760 – 111.502 atau Rp 334,5 juta- Rp 1,5 miliar tergantung keahlian yang dimiliki.
Selain gaji pokok mereka juga mendapat bonus hingga US$ 17.500 Rp 236,4 juta per tahun.
Departemen Ketenagakerjaan Amerika Serikat melaporkan bahwa CEH di New York City bisa mendapat penghasilan terbesar hingga US$ 1,5 miliar per tahun.
Laporan yang dikeluarkan oleh Global Knowledge & TechRepublic mengungkap CEH merupakan pekerjaan dengan gaji tertinggi di dunia IT dan teknologi.
Selain CEH, profesi lain yang mampu mendulang gaji besar adalah pembuat program (US$ 90.643 atau Rp 1,22 miliar per tahun), analis sistem (US$ 85,234 atau Rp 1,15 miliar per tahun) dan Web Development (US$ 81.405 atau Rp 1,1 miliar per tahun). (Vna/Ndw)