Liputan6.com, Chicago - Pada 14 Februari 1929, empat orang berpakaian polisi menyerbu masuk markas gengster Bugs Morgan di jalan North Clark, Chicago Amerika Serikat. Mereka menjejerkan 6 orang anak buah Morgan dan seorang dokter mata ke tembok dan menghujani peluru hingga tewas. J
Aksi keempat polisi gadungan itu dinyatakan sebagai 'Pembunuhan Massal di Hari Valentine' dan membuat perang antar geng besar Al Capone dan Bugs Moran meletus.
George 'Bugs' Moran adalah kriminal sejati yang menguasai geng di North Side Chicago selama era bootlegging atau era minuman keras ilegal di AS tahun 1920-an. Ia adalah lawan utama dari Al Capone si 'Muka Codet' yang berkuasa mengontrol penyelundupan dan operasi penjualan barang haram di Windy City.
Sepanjang 1920-an, keduanya selamat dari berbagai percobaan pembunuhan. Pernah dalam suatu aksi mengerikan,Moran dangengnya memberondong tembakan ke hotel diCicero,Illinois di manaCapone dan koleganya sedang makan siang. Lebih dari 1.000 peluru membolongi hotel itu.
Baca Juga
Advertisement
Iming-iming US$ 50.000 untuk kepala Capone oleh pihak keamanan merupakan puncak dari permusuhan antara keduanya. Puncaknya, adalah 'Pembunuhan Massal Hari Valentine'.
Korban tewas termasuk tangan kanan Moran sekaligus pembunuh paling hebat, Frank dan Pete Gusenberg. Dilaporkan bahwa Frank masih sadar saat polisi asli datang ke lokasi.
Saat ditanya siapa yang melakukan aksi penembakan, Frank yang terluka menjaga kode rahasia untuk tetap diam dengan menjawab, "Tidak ada, tidak ada yang menembakku," seperti dilansir dari History.com
Pembunuhan massal di Hari Valentine terbukti adalah konfrontasi terakhir bagi Capone dan Moran.
Capone akhirnya dipenjara pada 1931 dan Moran kehilangan banyak anak buah terbaiknya hingga ia kehilangan kekuasaannya dan tewas.
Di perayaan 7 tahun peringatan pembunuhan itu, salah seorang penembak bernama Jack McGurn menghujani tembakan dengan senjata mesin ke arah Moran. Ia tewas di tengah gelanggang bowling tempat perayaan dilaksanakan.
Kasus 'Pembunuhan Massal di Hari Valentine' tak terpecahkan, hingga hari ini...
Otopsi yang Mengerikan
Pada 13 Februari 2016, sehari sebelum 87 tahun pembunuhan mengerikan itu, terungkap sebuah dokumen otopsi kejamnya penembakan tersebut.
Kertas yang menguning dan gripis, tinta yang nyaris pudar, kisah sadis di balik peristiwa itu terkuak.
"Kedua rongga dada... berisi sejumlah besar darah, paru-paru berlubang 12 kali, ada koyakan aorta toraks, dan cabikan di hati serta diafragma."
Demikian kutipan isi otopsi Reinhard Schwimmer, seorang dokter mata korban pembunuhan keji itu.
Berpuluh-puluh tahun, laporan otopsi Schwimmer dan korban 6 lainnya telah terlupakan di lemari kabinet besi di gudang county Cook, Chicago.
Otopsi itu terkuak oleh James Sledge bergabung sebagai executive officer pengawas kesehatan pada 2014. Ia meminta berkas-berkas insiden itu yang dipercaya Al Capone-lah sosok di balik penembakan kejam itu.
Usaha Sledge adalah mengumpulkan arsip otopsi dan arsip berita serta menyimpannya dengan baik.
"Aku merinding saat membacanya pertama kali. Laporan itu sungguh detail dan kejam," kata Sledge kepada Chicago Tribune.
Mengapa ia sungguh tertarik dengan laporan itu karena, Reinhard Schwimmer, satu-satunya korban yang tak punya catatan kriminal harus tewas.
Sang ibu mempertanyakan bagaimana anaknya tewas dalam insiden keji itu. Selain itu, dalam catatan media, tak disebutkan dengan detail bagaimana kondisi korban. Seakan ada yang menutupi.
Juga dengan catatan bagaimana investigator tidak bisa memperoleh otopsi itu, termasuk beberapa saksi mata yang takut bersaksi serta sedikitnya ahli forensik dan fotografer di lokasi kejadian.
"Di satu sisi, kami ingin semua orang bisa membacanya sehingga kasus ini terpecahkan, bukan sekadar rumor si pelaku," ujar Sledge.
"Namun di sisi lain, kami tidak ingin arsip ini mudah didapat demi menghindari mereka yang tak setuju dengan detil bagaimana para korban tewas," tambah Sledge.
Juru bicara kantor penyidik kesehatan mengatakan akan mempertimbangkan langkah berikutnya yang harus diambil.
Sementara itu, pada 1967, aksi tersebut dijadikan film dengan judul yang sama.
Advertisement