Pengamat CSIS: Meski Tanpa KMP, Parpol Bisa Tetap Kritis

Yang terpenting sikap kritis parpol yang berada di luar pemerintah tetap rasional dan bukan mementingkan hal-hal yang bersifat politis.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 15 Feb 2016, 04:52 WIB
Aburizal Bakrie memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan tertutup KMP, Jakarta, Kamis (3/9/2015). Pertemuan tersebut membahas PAN yang bergabung dengan Pemerintah (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Partai Gerindra menyatakan Koalisi Merah Putih atau KMP telah ditinggalkan sejumlah partai pendukungnya. Partai pimpinan Prabowo Subianto itu pun mendeklarasikan sebagai partai oposisi yang tinggal sendiri di KMP.‎

Menanggapi hal tersebut, pengamat politik CSIS J Kristiadi menilai pascaditinggal partai pendukungnya, posisi KMP sebagai oposisi di luar pemerintah tidak akan sekuat seperti awal pemerintahan Jokowi-JK.

Namun begitu, menurut dia yang terpenting adalah sikap kritis partai politik yang berada di luar pemerintah tetap rasional dan bukan hanya mementingkan hal-hal yang bersifat politis. ‎

"Kritis ‎itu orientasinya kepentingan umum, bukan kritis merebut kedudukan di DPR dan sebagainya. Bagi saya lebih baik ada partai yang berada di luar pemerintahan dan melakukan hal-hal seperti, ini bener nih, kita dukung. Ini nggak benar, ditolak," ucap Kristiadi usai menghadiri diskusi di Kantor ICW, Jakarta, Minggu (14/2/2016).

Menurut dia, tanpa adanya KMP, partai-partai yang memutuskan menjadi oposisi dapat tetap kritis dan menjadi oposisi yang loyal. "Saya pikir ini malah sehat. Jadi ‎tidak apa-apa kata KMP, semuanya nurut, tidak. Tergantung isunya apa, kalau masuk akal terima, tidak ya ditolak," kata Kristiadi.

Khusus untuk Golkar dan PPP yang telah menyeberang dari partai oposisi menjadi partai pendukung pemerintah, dia menilai partai tersebut perlu kembali membangun kepercayaan masyarakat. Terlebih 2 partai tersebut hingga kini masih dilanda perpecahan dan sengketa kepengurusan.

"Golkar kalau kita lihat masih terengah-engah untuk dapat kepercayaan publik, karena begitu buruk reputasinya. Begitu pun PPP. Nah, kalau PAN yang lebih dulu mendukung pemerintah agak lebih sehat, karena PAN menurut saya punya tokoh sentral yang lumayan bagus seperti ketua umumnya Zulkifli Hasan yang bisa jadi tokoh pemersatu," ucap Kristiadi. ‎

Berkoalisi dengan Elite

‎Senada dengan Kristiadi, aktivis muda Herfan Nurmansa mengatakan sekat antara KMP dan KIH tidak terlalu penting saat ini. Yang utama adalah partai politik harus berani mengubah orientasinya dengan berpijak pada kepentingan rakyat.

"Kini saatnya parpol yang kiranya ingin dilihat jelas oleh rakyat adalah parpol yang dapat dengan ikhlas tanpa pamrih menegakkan konstitusi negara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945," ujar Herfan.

 

Dia menilai selama ini semua partai politik hanya berkoalisi dengan para elite tertentu namun tidak merangkul rakyat. Hal itu menurutnya menjadi penyebab hingga kini cita-cita reformasi yang digulirkan sejak 1998 sulit digapai. "Kebanyakan parpol orientasinya adalah melacurkan diri ke dalam sebuah kepentingan pribadi dan kelompok," kata Herfan.

Ia pun menganggap masih bertahannya Gerindra sebagai partai oposisi dalam KMP dapat terus kritis terhadap pemerintah.

"Mungkin salah satunya Gerindra yang kiranya masih dapat dipertanyakan konsistensinya, yang penting jangan abu-abu seperti parpol lainnya. ‎Kalau Gerindra tidak abu-abu harusnya segera merangkul rakyat menjadi motor penggerak kita kembali kepada Pancasila dan UUD 1945," pungkas Herfan.‎

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya