Liputan6.com, Jakarta Selama 20 tahun terakhir, para ilmuwan meneliti hubungan antara pola kebotakan pria dengan risiko tinggi kanker prostat. Namun baru kali ini mereka sepakat faktor risiko ini semakin terlihat ketika pria semakin tua, ras kulit hitam, memiliki riwayat keluarga dan mengalami mutasi genetik BRCA.
Studi yang dipublikasikan American Journal of Epidemiology ini mencatat, hormon androgen yang memengaruhi kerontokan rambut bisa manjadi tanda perkembangan kanker prostat.
"Risikonya 1,5 kali lebih besar pada pria botak dibandingkan mereka yang tidak mengalami kebotakan," tulis peneliti, seperti dikutip WebMD, Senin (15/2/2016).
Baca Juga
Advertisement
Dalam studi ini, peneliti melibatkan 4.316 orang yang berusia 25-74 sejak 1971-1974 dan belum pernah didiagnosis kanker sebelumnya. Sampai saat ini, sudah ada 3.284 kematian, 107 di antaranya mengalami kanker prostat.
Peneliti menemukan, risiko kanker prostat yang fatal atau 56 persen lebih tinggi terjadi pada pria dengan kebotakan dibandingkan mereka yang tidak mengalami kebotakan. Pada pria dengan botak moderat, risikonya menjadi 83 persen lebih tinggi.
Kendati demikian, peneliti Michael Cook, PhD, dari National Cancer Institute mengatakan, kebotakan bukan satu-satunya faktor risiko kanker prostat. "Peran urolog untuk mendeteksi urin menunjukkan risiko yang lebih tinggi lagi. Selain itu, merokok," katanya.
"Merokok dapat meningkatkan risiko kanker," ujar Stephen Freedland, MD, dari Cedars-Sinai Samuel Oschin Comprehensive Cancer Institute.