Liputan6.com, Makassar - Nama populernya adalah Benteng Fort Rotterdam. Terletak di pusat Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dari namanya, orang mengira bangunan itu didirikan Belanda. Nyatanya, bangunan itu asli dibangun warga lokal.
"Pada awalnya, benteng ini dibangun oleh Sultan Daeng Bonto Karaeng atau Raja Kerajaan Gowa-Tallo ke IX pada tahun 1545," kata Rahim, pemandu wisata Benteng Fort Rotterdam kepada Liputan6.com, Minggu 14 Februari 2016.
Rahim menyatakan warga lokal menyebut benteng tersebut sebagai Benteng Panyua. Dalam bahasa Bugis berarti penyu. Bentuk penyu bangunan cagar budaya itu bisa terlihat dari ketinggian di atas 10 ribu kaki.
Penyu bermakna mendalam bagi Kerajaan Gowa-Tallo. Penyu, kata Rahim, merupakan lambang Kerajaan pimpinan Sultan Hasanuddin tersebut. Seperti penyu yang bisa hidup di darat dan di laut, Kerajaan Gowa-Tallo berharap bisa berjaya baik di darat maupun di laut.
Sayang, Kerajaan Gowa-Tallo harus takluk di tangan Belanda. Benteng mereka juga terpaksa berpindah kepemilikan. Oleh Belanda, benteng itu dinamai Fort Rotterdam. Wajah benteng itu semakin angker dengan peperangan sering yang berlangsung di dalamnya.
Baca Juga
Advertisement
"Pada saat itu, di benteng Fort Rotterdam ini sering dilakukan pembantaian, sehingga terdapat banyak mayat pasukan kolonial Belanda di dalam benteng ini," kata Rahim.
Rahim mengatakan tidak sedikit masyarakat yang mengaku melihat penampakan di beberapa titik di Benteng Rotterdam itu. Wujudnya bisa menyerupai sosok orang Belanda zaman dahulu atau hantu lainnya.
Salah satu yang mengaku pernah melihat hantu di Benteng Fort Rotterdam adalah Deny. Pengamen yang sering mangkal di sekitar benteng itu mengaku pernah melihat sosok wanita bergaun putih panjang. Sosok itu hanya berdiri mematung di salah satu lorong.
"Dia hanya berdiri mematung di salah satu lorong bangunan benteng," kata Deny.
Meski begitu, Rahim mengatakan kisah horor yang terjadi di benteng tak menghentikan pengunjung. Benteng tetap ramai didatangi pengunjung yang penasaran dengan tempat ini.
"Apalagi pada hari Minggu sore, karena telah menjadi tempat wisata karena keunikan gedungnya yang masih kental akan nuansa arsitektur kolonial Belanda," ucap Rahim.