Liputan6.com, Jakarta - Sektor farmasi mencatatkan pertumbuhan komitmen investasi hingga 118 persen, mencapai Rp 6,5 triliun pada 2015 dari posisi 2014 sebesar Rp 3 triliun.
Jumlah tersebut diperoleh dari kontribusi penanaman modal asing (PMA) sebesar US$ 105,8 juta (sekitar Rp 1,3 triliun dengan kurs per dolar AS sebesar Rp 13.900) dan dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 5,1 triliun.
Farmasi juga termasuk dalam sektor yang diharapkan dapat berkembang, ditandai dengan langkah pemerintah untuk merevisi bidang usaha di sektor tersebut menjadi lebih terbuka.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyampaikan, upaya pemerintah untuk membuka sektor farmasi adalah untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku obat yang secara otomatis juga akan mendorong industri farmasi obat lebih berkembang karena ketersediaan bahan baku yang melimpah.
“Dengan dibukanya 100 persen bagi sektor farmasi yang dulu dibatasi maksimal 85 persen ini, diharapkan investor di bidang farmasi baik dari hulu dan hilir dapat mempertimbangkan secara serius Indonesia sebagai lokasi investasinya,” ujar Franky di Jakarta, Senin (15/2/2016).
Baca Juga
Advertisement
Lebih lanjut Franky mengemukakan, distribusi komitmen investasi yang dicatatkan dari sektor farmasi tersebut didominasi Provinsi Jawa Barat dengan 15 proyek senilai Rp 5,4 triliun dan rencana penyerapan tenaga kerja sebesar 2.385 tenaga kerja.
Kemudian Provinsi Jawa Timur sebanyak 2 proyek senilai Rp 588 miliar dan jumlah serapan pekerja 287 orang. Jawa Tengah dengan 1 proyek senilai Rp 300 miliar dan jumlah tenaga kerja 500 orang.
Provinsi Banten sebanyak 2 proyek sebesar Rp 102 miliar dan rencana penyerapan tenaga kerja 190 orang. Ditambah DKI Jakarta dengan 2 proyek senilai Rp 60 miliar dengan tenaga kerja 461 orang.
“Beberapa minat yang diidentifikasi masuk ke sektor farmasi oleh tim marketing officer serta perwakilan BKPM di antaranya dari AS dan Kanada sebesar US$ 70 juta, dari Jepang US$ 40 juta, serta dari Korea Selatan dari dua perusahaan sebesar US$ 260 juta,” dia menuturkan.
Data Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi) menunjukkan, potensi investasi sektor farmasi pada 2025 mencapai Rp 700 triliun. Ini terdiri dari pasar domestik sebesar Rp 450 triliun dan pasar ekspor Rp 250 triliun.
Dari data tersebut, proyeksi total investasi industri farmasi Indonesia periode 2015-2025 akan mencapai angka Rp 215 triliun, dengan rencana penyerapan tenaga kerja mencapai 2 juta lapangan kerja.
Daya tarik investasi industri farmasi Indonesia terletak pada tiga bagian penting, yakni pasar farmasi terbesar di ASEAN, implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan posisi Indonesia yang sudah tergabung dalam negara-negara PIC/S atau negara dengan standar kualitas farmasi internasional.(Yas/Nrm)