Liputan6.com, Jakarta - Pemprov Sulawesi Tengah belum lama ini mengeluarkan pernyataan bahwa provinsi mereka aman bagi turis yang ingin menyaksikan gerhana matahari.
Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah sekelompok pelancong asal Jepang dilaporkan telah membatalkan perjalanan mereka ke Palu untuk menyaksikan gerhana matahari pada Maret mendatang.
Sedikitnya 70 turis Jepang, telah mengurungkan niat mereka untuk melihat fenomena di atas langit Palu. Hal ini dilakukan atas kecemasan mereka terhadap kegiatan teroris yang marak terjadi di Indonesia. Demikian diungkap Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola pada Minggu 14 Febuari lalu.
Sementara itu, pemerintah Jepang pun telah mengeluarkan larangan berkunjung bagi warganya yang ingin mendatangi Palu.
"Aku tak punya wewenang meminta pemerintahan Jepang untuk menarik larangan itu. Aku hanya bisa memberikan jaminan bahwa Sulawesi Tengah aman untuk dikunjungi," ungkap Longki.
Dikutip, Asia One, Senin (15/2/2016), di Poso, 250 km dari Palu, sekelompok teroris kini tengah dalam pencarian ribuan personel polisi dan militer yang bersembunyi di hutan.
Palu adalah salah satu dari 11 kota di Indonesia di mana fenomena gerhana matahari bisa terlihat.
Baca Juga
Advertisement
Menjelang, fenomena gerhana itu, kota Palu akan menjadi gelap selama 2 menit 20 detik.
Longki juga mengatakan, pemerintah setempat telah mendirikan 'desa gerhana matahari' di Ngatabaru, Sigi, 10 km dari Palu Selatan.
Sementara itu, pemerintahan Sigi juga telah merencanakan World Art Ritual Festival bekerja sama dengan sebuah organisasi yang berbasis di Jakarta.
"Sayang sekali para turis Jepang tidak bisa datang ke Sulawesi Tengah. Di sini aman," kata sang gubernur.
Warga Prancis Antoine Merger sekarang ini sedang berada di Palu dan mengimbau turis untuk datang dan abaikan kericuhan yang sedang terjadi dan menikmati fenomena gerhana matahari.
"Terorisme ada di mana-mana, jadi tidak perlu merasa takut," ungkap Merger yang sudah berada di Palu selama satu bulan bekerja dalam mengembangkan 'desa gerhana matahari.'
Ia dan timnya telah mempersiapkan sejumlah acara dalam wilayah yang mencakup 6.000 meter per segi. Di antaranya pameran, festival kuliner tradisional dan Eropa, musik, karnaval budaya dan pasar kerajinan tangan setempat.
Polisi di Poso belum lama ini telah menembak mati dua terduga teroris. Mereka diduga telah membunuh polisi dalam sebuah serangan.
Pihak keamanan meyakini kedua orang itu adalah anggota Mujahidin, kelompok teroris yang dipimpin oleh orang paling buron di Indoensia, Santoso alias Abu Wardah.