Liputan6.com, Manchester - Manchester City tengah berduka. Kekalahan 1-2 dari Tottenham Hotspur, Minggu (14/2/2016), membuat mereka terlempar dari tiga besar klasemen. Kini, tim asuhan Manuel Pellegrini itu berada di posisi keempat dengan 47 poin. Jumlah itu berselisih enam poin dari Leicester City, di puncak klasemen.
Namun begitu, pasukan Manchester City mengaku belum menyerah. Di 12 pertandingan tersisa, mereka siap kembali habis-habisan untuk kembali ke trek perebutan juara Liga Inggris.
Baca Juga
- Moyes Percaya Mampu Gantikan Van Gaal
- Courtois: Ibrahimovic Bakal Lampiaskan Dendam ke Chelsea
- Didukung Fans Indonesia, Pedrosa-Marquez Yakin Juara MotoGP 2016
Advertisement
Kapten City, Vincent Kompany, menyebut bodoh jika mereka menganggap peluang juara telah tertutup. "Kami akan terus berjuang. Kami akan terus berkembang," ujar Kompany, seperti dirilis BBC Football.
Belakangan, orang memang mulai meragukan kapasitas Manchester City mengulang sukses musim 2013/14, saat terakhir tampil jadi juara Liga Inggris. Pasalnya, Pellegrini dan pasukannya terus membuang peluang untuk mendekat ke puncak klasemen.
Sepekan sebelum kalah dari Tottenham, Manchester City juga tumbang 1-3 saat berhadapan dengan Leicester City. Padahal, itu adalah kesempatan terbaik mereka untuk memangkas jarak.
Orang kemudian mengaitkan dua kekalahan tersebut dengan lemahnya konsentrasi pasukan Pellegrini. Ini karena adanya pengumuman resmi yang dirilis manajemen City yang menyebut akan memboyong Pep Guardiola untuk menggantikan Pellegrini per musim depan.
Sejarah Bagus
Namun, Manchester City sebenarnya punya sejarah bagus terkait perburuan gelar, terutama saat mereka tertinggal. Ketika memenangkan dua gelar Liga Inggris terakhir, 2010/11 dan 2013/14, mereka sempat tertinggal dari rival mereka.
Pada musim 2010/11, mereka berhasil menyalip Manchester United di akhir musim dengan keunggulan selisih gol. Padahal, Manchester City sempat tertinggal delapan poin dari rival sekota mereka itu.
Begitu juga pada musim 2013/14, yang merupakan gelar liga keempat mereka. Ketika itu, mereka sempat tertiggal tujuh poin sebelum akhirnya mengungguli Liverpool di akhir musim dengan selisih dua poin.
"Kami hanya harus sedikit lebih baik," tutur Kompany (29). "Lawan Tottenham, kami bermain bagus sebelum penalti itu (gol pertama Tottenham). Tapi, kami akan bangkit. Kami punya sejarah bagus."
Wasit yang Sama
Soal tendangan penalti Tottenham yang dieksekusi dengan baik oleh Harry Kane, Pellegrini juga angkat bicara. Menurut pelatih asal Chile itu, hukuman penalti yang diberikan wasit Mark Clattenburg itu sama sekali tak layak mereka dapatkan.
Pellegrini menyebut bola tendangan crossing dari gelandang Tottenham, Danny Rose, tidak mengenai tangan Raheem Sterling, melainkan punggungnya. "Sialnya, penalti itu merupakan momen yang menentukan pertandingan," ujar Pellegrini.
Ia juga mempertanyakan Liga Primer menunjuk wasit yang sama untuk duel mereka lawan Tottenham. Clattenburg juga wasit yang memimpin laga pertama Manchester City lawan Tottenham di London, September lalu.
Ketika itu, dalam laga yang berakhir 4-1 untuk Tottenham, Pellegrini (62) juga menyebut timnya dirugikan Clattenburg. "Ketika itu, dua gol Tottenham jelas offside. Namun, wasit mengesahkannya," ujar Pellegrini.