Cerita Wanita Bermata Sayu Terjerumus di Kalijodo

Dia mengaku sejak usia 19 tahun telah mencoba peruntungan di berbagai kafe di Kalijodo.

oleh Muslim AR diperbarui 16 Feb 2016, 05:19 WIB
Suasana Kalijodo pada siang hari di Jakarta, Kamis, (11/02). Kawasan ini merupakan tempat pelacuran kumuh yang sudah berdiri lebih dari setengah abad. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Dengan menyilangkan kaki, seorang PSK berinisial R tampak santai di sebuah kafe di Kalijodo, Jakarta Utara. Tak seperti PSK lainnya yang mengenakan pakaian minim, wanita yang bermata sayu ini tampak berpakaian biasa.

Perempuan berusia 25 tahun itu mengenakan celana jeans panjang, kemeja lengan panjang merah muda, serta rambut dikuncir ekor kuda.

R kala itu duduk di kursi plastik di depan kafe di salah satu gang kawasan Kalijodo. Tak ada merek yang terpampang di sekitar kafe itu.

"Mau kemana? Udah 3 kali bolak-balik, Mas. Pusing ya? Udah minum? Ngopi dulu atau mau dipijit?" ujar R di depan Kafe di Kalijodo, Jakarta, Senin (15/2/2016).

Memasuki ruangan kafe, suasana lengang menyelimuti. Hanya R dan 2 orang wanita masih berada di tempat tersebut. Sedangkan lainnya telah pulang kampung. Mereka angkat kaki setelah Pemprov DKI berencana membongkar lokalisasi Kalijodo tersebut.

2 orang wanita itu diketahui sebagai muncikari dan satunya lagi berprofesi sama dengan R.

Obrolan pun mulai mengalir setelah kopi dihidangkan. R semakin agresif menawarkan layanan kafe mulai dari minuman bir, pijat, dan layanan cinta 30 menit seharga Rp 150.000.


Diancam Mucikari

Namun di tengah obrolan yang tengah berlangsung dengan R, sang muncikari memberitahukan batas waktu pertemuan. Jika tak ada pembicaraan kencan, lebih baik angkat kaki dari kafe.

"20 Menit aja ya, Mas, enggak boleh lebih, ntar aku balik lagi," ancam muncikari yang berumur sekitar 34 tahun itu.

Muncikari pergi, obrolan dengan R kembali dilanjutkan. Dia mulai mengungkapkan banyak hal. Mulai kekesalannya dengan Gubernur DKI Jakarta Ahok yang berniat membongkar tempat menggantung hidupnya hingga awal ia terjerumus dalam dunia malam.

Dia mengaku sejak usia 19 tahun telah mencoba peruntungan di berbagai kafe di Kalijodo. Aktivitasnya sebagai penjaja cinta sesaat itu dilakoninya tanpa masalah.

"2010 lalu saya tamat SMA, tapi orang tua saya enggak sanggup bayar uang kuliah, abis SMA saya langsung ke sini," ungkap R.

Saat pertama menjadi PSK, R sempat malu. Ia takut jika pekerjaan itu diketahui keluarganya di kampung. Namun ancaman lapar terlebih di perantauan membuatnya tetap nekat melakukannya.

"Saya dijanjikan jadi pegawai toko baju. Teteh itu bilang, saya kampungan, lalu dia beliin baju, handphone, alat kosmetik. Udah kayak artis aja, jadi enggak enak. Ya saya nurut. Seminggu di rumah Teteh, malamnya saya malah dibawa ke sini. Katanya mau ngenalin sama juragan toko baju," tutur dia.


Penghasilan per Bulan

Dia pun bercerita mengenai penghasilannya yang didapat dalam sebulan. Jika dijumlahkan, uang yang dikumpulkan mencapai Rp 9 juta hingga 10 juta. Uang itu digunakan untuk kebutuhan hidupnya agar tetap memikat lawan jenis.

"Gini-gini saya rajin cek kesehatan," kata perempuan dengan tinggi sekitar 155 cm itu.

Selain itu, anak sulung dari 4 bersaudara itu giat bekerja untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Uang hasil pekerjaannya itu dikirim ke kampung halaman di salah satu daerah di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

"Bapakku cuma garap lahan orang, satu adik saya kuliah di keperawatan, nomor 3 masih SMA," ujar R.

Saat asyik bercerita, wajah bundar khas Sunda itu tiba-tiba terdiam. Tangannya mengambil telepon genggamnya. Dia kemudian menjawab panggilan telepon dari pacaranya dalam bahasa Sunda.

"Udah dulu ya, Mas, cowokku mau jemput," ujar dia sambil beranjak dari kursi dan melangkah keluar kafe.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya