Liputan6.com, Bima - Polisi terlibat baku tembak saat menggerebek terduga teroris jaringan Santoso di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam penggerebekan Senin 15 Februari 2016 pagi tersebut, terduga teroris Fazar (25) tewas.
Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) Brigjen Pol Umar Septono menjelaskan, polisi telah lama mengintai Fazar di kediamannya. Hingga akhirnya polisi gabungan Densus 88 Antiteror dan Brimob Detasemen A Kota Bima menggerebek.
"Terduga teroris saudara Fazar, sudah lama diintai namun tidak pernah keluar dari area itu, bahkan dari rumah pun jarang keluar. Akhirnya dilakukan penggerebekan di rumah itu," ujar Umar Septono, Senin 15 Februari 2016.
Baca Juga
Advertisement
Dia menegaskan, lokasi penggerebekan disinyalir kerap dijadikan tempat perlindungan bagi terduga teroris Poso. Wilayah itu juga telah dinyatakan sangat rawan bahkan dikenal sebagai sentra Islam Garis Keras atau Igara.
"Bukti sudah ada, dulu waktu anggota kita, Kapolsek Ambalawi juga tertembak meninggal, kemudian Ipda Hanafi yang beruntung selamat, kemudian Bripda Yamani juga meninggal. Jadi 2 korban meninggal dan 1 luka di daerah itu," kata Umar.
Densus 88 antiteror Polri bersama sejumlah anggota Brimob dan Polresta Bima menggerebek kediaman terduga teroris di Jalan Pemuda Lingkungan Penatoi Kecamatan Mpunda Kota Bima, Nusa Tenggara Barat pada Senin 15 Februari 2016 sekitar pukul 07.30 pagi.
Penggerebekan ini diwarnai baku tembak antara Densus 88 dan 2 terduga teroris. Seorang anggota kepolisian berpangkat brigadir tertembak di bagian lengan. Sedangkan terduga teroris bernama Fazar (25 tahun), tewas karena terkena peluru tepat di bagian dada. Sementara 1 terduga teroris dibekuk. Dia ditangkap untuk diperiksa lebih lanjut.