Liputan6.com, Jakarta - Masih berlangsungnya musim paceklik pada Februari 2016 ini tidak membuat stok dan pasokan beras di pasar berkurang. Di beberapa pasar induk atau pasar besar, stok bahan pangan masih tersedia.
Gangguan iklim El Nino memang sedikit mempengaruhi pasar. Ini terlihat dari kenaikan harga beras pada periode Desember 2015 hingga Januari 2016. Namun pada Februari 2016 harga kembali turun. Harga beras pada minggu pertama Februari Rp 13.344 per kg dan di minggu kedua telah turun menjadi Rp 10.000 per kg.
Ayong, pedagang beras di Pasar Induk Cipinang (PIBC) menuturkan, bila pasokan beras yang masuk ke PIBC pada Februari ini lebih banyak dibanding yang masuk pada Januari kemarin. Menurutnya, pada Februari dapat dengan mudah menyetok 20 ton beras per hari. Sementara pada Januari hanya mampu menyetok 15 ton beras per hari.
"Di bulan Februari ini stok beras aman. Mau beli beras berapa pun ada. Tidak ada pengaruh paceklik,” tutur Ayong seperti ditulis Selasa (16/2/2016).
Ayong menjelaskan, melimpahnya stok beras di Februari ini disebabkan karena adanya pasokan beras hasil panen petani yang saat ini sedang berlangsung, sehingga stok beras saat ini stabil dan melimpah. Padahal pada musim paceklik Februari 2015 lalu, terjadi kenaikan harga sekitar Rp 800 per kg.
Baca Juga
Advertisement
Hal senada disampaikan pedagang beras lainnya, Ali. Menurutnya, Februari pasokan beras yang masuk ke Pasar Induk Cipinang melimpah. Karena itu, menurutnya, beras dapat distok 20 - 30 ton per hari tanpa kesulitan. Bahkan jumlah beras yang keluar Pulau Jawa seperti ke Bangka dan Batam mencapai ratusan ribu ton per hari.
“Sedang di bulan Jaunuari 2016 kemarin pasokan beras yang masuk sedikit butuh waktu lama. Kita hanya dapat menyetok beras 15 ton per hari. Itu pun butuh waktu cukup lama,” katanya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kedua pedagang tersebut, diperoleh harga beras di PICB saat ini berkisar Rp 7.500 - 13.000 per kg. Harga ini menurun dibanding sebelumnya yang mencapai Rp 10.000 per kg atau lebih.
Pasokan beras yang masuk ke Pasar Induk Cipinang saat ini, berasal dari Solo, Indramayu, Karawang, Cianjur, dan Bandung.
Pengajar dan peneliti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Rizal E Halim menilai bahwa anomali melimpahnya stok beras di bulan Februari disebabkan sudah mulai musim panen di beberapa daerah. Selain itu, disebabkan juga oleh perilaku nakal dari pelaku usaha atau pedagang yang tidak sehat di sektor perberasan.
Perilaku nakal tersebut, menurut Rizal, yakni pedagang beras banyak menyimpan berasnya di gudang selama berbulan-bulan. Namun, mengetahui akan mulai panen di bulan Februari serta menghindari kerugian yang lebih besar, pedagang mulai melepas berasnya ke pasar.
“Ini perilaku yang tidak benar, sebab tiba-tiba harga naik dan tiba-tiba turun. Itu kan patut diduga akibat perilaku nakal dari pengusaha atau pebisnis. “Pemerintah perlu menindak tegas pengusaha yang nakal,” kata Rizal.
Untuk diketahui, stok beras di pasar Induk Cipinang pada 9 Februari 2016 sebanyak 52.383 ton, naik dua kali lipat dibanding periode yang sama 2015 yang hanya 29.458 ton. Demikian juga stok beras di enam pasar sentra beras lainnya, seperti Pasar Tanah Tinggi, Pasar Tangerang, Pasar Johar Karawang, Caringin Bandung, Dargo Semarang, Beringharjo Yogyakarta dan Pasar Lamongan Surabaya. (Pew/Gdn)