Bahas Teknologi dan Inovasi, Obama Temui 3 CEO Raksasa Teknologi

Obama mengundang 3 CEO perusahaan teknologi untuk membahas pemanfaatan teknologi, yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi.

oleh Corry Anestia diperbarui 16 Feb 2016, 11:08 WIB
Presiden AS Barack Obama memberi keterangan usai bertemu Presiden RI Jokowi di Gedung Putih, Washington, Senin (26/10). Jokowi memotong masa lawatannya ke Amerika Serikat karena semakin memburuknya bencana asap di Indonesia. (REUTERS/Jonathan Ernst)

Liputan6.com, Jakarta - Pada sesi kedua Reatreat I ASEAN-US Summit, Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, mengundang tiga CEO raksasa teknologi di AS. Pertemuan ini berlangsung di Interactive Gallery, Sunnylands Center & Gardens, California, AS, Senin (15/2/2016) kemarin.

Ketiga CEO tersebut antara lain CEO Microsoft, Satya Nadella; CEO IBM, Ginni Rometty; dan CEO Cisco Chuck Robbins. Selain itu, turut hadir dalam pertemuan tersebut Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi.

Dalam siaran pers yang tim Tekno Liputan6.com terima dari Tim Komunikasi Presiden, Retno mengatakan bahwa Obama berdialog dengan ketiga CEO terkait inovasi dan entrepreneurship.

"Mereka menekankan pentingnya penggunaan teknologi lompatan bagi pemerintah agar dapat melayani masyarakat lebih baik dan meningkatkan perekonomian," ujarnya. 

Pandangan ketiga CEO tersebut juga menekankan akan pentingnya kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam bentuk Public Private Partnership, dan regulatory environment. 

Retno mengutip pandangan Obama yang menurutnya diambil dari pernyataan Presiden Joko Widodo, yakni teknologi harus dapat memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). "Teknologi harus bermanfaat bagi rakyat. Artinya, masalah pendidikan sangat penting," katanya.

Potensi Ekonomi Digital Indonesia 

Berkaitan dengan hal di atas, Indonesia memiliki potensi besar di bidang ekonomi digital. Sebagai bukti, transaksi e-Commerce Indonesia tercatat sebesar US$ 12 miliar pada 2014.

Artinya, Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan dari 2013 yang tercatat US$ 8 miliar. Nilai transaksi e-Commerce di Tanah Air diprediksi mencapai US$ 24,6 miliar pada 2016.

Untuk mendongkrak industri digital, Indonesia memiliki banyak aset, seperti meningkatkan jumlah kelas menengah, akses besar terhadap teknologi, peningkatan smartphone, dan populasi anak muda yang sangat progresif. Ratusan startup tumbuh dalam beberapa tahun terakhir.

Maka itu, pemerintah telah membuat roadmap e-Commerce nasional dengan US$ 130 miliar pada 2022, dan menciptakan 1000 tecnopreneurs dengan nilai bisnis hingga US$ 10 miliar di 2020. Ini adalah langkah besar untuk mendorong inovasi teknologi di Tanah Air.

(Cas/Ysl)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya